BANDUNG, KOMPAS
Pemimpin Kantor Wilayah XI Perum Pegadaian Jawa Barat Mahful Umar, Kamis (11/11), mengatakan, program Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi (Mulia) yang diluncurkan sejak 2009 merupakan bantuan fasilitas kepemilikan emas batangan melalui penjualan logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat.
”Program ini dirasa menguntungkan masyarakat karena mempunyai banyak aspek yang menyentuh kebutuhan manusia dan bernilai jual tinggi. Investasi logam mulia juga stabil, likuid dan aman,” papar Mahful seusai acara serah terima jabatan Kakanwil XI Pegadaian Jabar dari pemimpin sebelumnya Supatmoko.
Menurut dia, nasabah program Mulia dapat memilih kepemilikan emas dalam berbagai ukuran, mulai 4,25 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram, 100 gram,
Seperti halnya Ny Yunarti (41), warga Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, yang berinvestasi emas seberat 100 gram sejak dua bulan lalu. ”Rencananya, jika sudah lunas, saya dan suami akan menggunakan hasil menjual emas sebagai modal naik haji,” tuturnya saat ditemui di Pegadaian, Jalan Pungkur.
Nasabah lain, Anwar Setiawan (38), warga Kelurahan Cikawao, Kecamatan Lengkong, mengatakan, sejak Juni, mengangsur untuk membeli 1 keping logam mulia seberat 5 gram dengan asumsi harga Rp 1.708.500 selama enam bulan. Uang mukanya sekitar Rp 450.000 atau 25 persen dari total nilai emas. Sisanya diangsur enam bulan dengan bunga 6 persen.
”Harga emas tidak mungkin turun, sama seperti harga tanah. Masalahnya, kalau jual emas mudah sekali. Tapi kalau tanah, jualnya, kan, repot banget,” tutur Anwar yang berinvestasi emas untuk keperluan menyekolahkan anaknya yang tahun depan masuk SMA.
Bagi Anwar yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga keamanan di Pasar Baru, membeli emas secara tunai sangat memberatkan. Di sisi lain, jika uang ditabung, bunga bank yang diraih sedikit.
Dalam kesempatan sama, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur
Salah satunya, penjualan logam mulia yang penyalurannya saat ini masih belum optimal. Dari target penyaluran Rp 1,2 triliun, baru sekitar Rp 120 miliar yang terserap.