Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kentungan, Sedesa Lolos dari Tsunami

Kompas.com - 01/11/2010, 06:36 WIB

PADANG, KOMPAS.com — Setiap daerah memiliki ciri khas berbeda dalam menyebarluaskan informasi kejadian luar biasa sebagai tanda peringatan bagi warga akan bahaya yang sedang mengintai keselamatan mereka.

Salah satu tanda bahaya atau peringatan bagi warga itu adalah dengan menggunakan kentungan yang dipukul secara terus-menerus agar warga segera menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang lebih aman.

Masyarakat di perkampungan yang berhadapan dengan laut Samudra Hindia di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, masih menggunakan warisan nenek moyang berupa kentungan untuk mengingatkan warganya dari bahaya yang mengancam.

Penggunaan kentungan sebagai tanda bahaya itu ternyata cukup efektif untuk menyelamatkan sejumlah warga kampung yang masih peduli terhadap tanda itu dari hantaman gelombang tsunami.

Gulungan gelombang tsunami terjadi akibat gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) di lokasi gempa berada pada 3,61 Lintang Selatan (SL)-99,93 Bujur Timur (BT), Senin (25/10/2010), sekitar pukul 21.40 WIB.  

Pusat gempa berada pada titik koordinat 78 kilometer barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar, memicu gelombang pasang tsunami yang konon mencapai ketinggian 12 meter.

Awal pekan terakhir, Oktober 2010, bumi Sekkerai, sebutan daerah Mentawai, terguncang dahsyat akibat bertemunya lempeng Eurasia-Austria.

Kepanikan warga tak terelakkan, tetapi sebagian warga yang perkampungannya berada di dekat titik gempa tektonik itu bisa selamat dari gulungan tsunami yang terjadi hitungan menit setelah guncangan gempa.

Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, menceritakan ketika dirinya selama dua hari menelusuri dusun/perkampungan yang terkena dampak bencana tsunami di Kepulauan Mentawai.

"Ada satu perkampungan di Kecamatan Pagai Selatan, rumah-rumah rata dengan tanah, tetapi warganya selamat dari hantaman tsunami," katanya.

Masyarakat sekampung di sana, kata Gubernur, bisa selamat dari hantaman gelombang tsunami karena saat terjadi gucangan gempa dibunyikan kentungan oleh kepala sukunya. Begitu mendengar kentungan, warga langsung lari ke arah perbukitan.

Ternyata bunyi kentungan itu sebagai penanda untuk lari, karena kekhawatiran akan terjadinya gelombang air laut naik, semua isi kampung menyelamatkan diri ke perbukitan.

Menurut Gubernur, kearifan lokal warga itulah yang telah menyelamatkan masyarakat satu perkampungan di arah bagian selatan Mentawai dari gulungan gelombang tsunami meskipun perkampungannya rata dengan tanah.

Apa yang terjadi di satu perkampungan yang berada di dekat pusat gempa dan gelombang tsunami di Mentawai itu tentu suatu pembelajaran yang berarti.

Jadi, masyarakat kalau membudayakan kearifan lokal di daerahnya bisa sebagai juru selamat dari bencana yang menimbulkan korban massal.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Ade Edward, mengatakan, dusun-dusun yang menghadap ke laut lepas di Mentawai sedikit yang menjadi korban jiwa akibat hantaman gelombang tsunami.

Seperti di Muntei dan Bulasat, perkampungan habis dan rata dengan tanah, tetapi korban jiwa sedikit sekali, bahkan ada yang sekampungnya selamat semua.

"Tampaknya masyarakat yang tinggal di bagian pantai barat Sumbar itu masih tetap memercayai tanda-tanda alam. Mereka juga fanatik terhadap kearifan lokal yang dianutnya sehingga korban sedikit saat gelombang tsunami menghapus darat," katanya.

Malahan korban yang banyak tewas akibat gulungan gelombang tsunami itu terdapat di dusun-dusun yang berada di Kecamatan Pagai Utama, agak jauh dari pusat gempa.

Data sementara pada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalop) Penanggulangan Bencana Sumbar, jumlah korban jiwa meninggal dunia yang sudah ditemukan mayatnya tercatat 449 orang, dan masih diduga hilang tercatat 96 orang.

Adapun yang  mengalami luka berat sebanyak 270 orang dan luka ringan 142 orang, serta warga yang mengungsi sebanyak 14.983 jiwa, tersebar di beberapa titik.

Pencarian terhadap korban gempa dan tsunami di tiga kecamatan di Kepulauan Mentawai memasuki hari keenam, dan masa tanggap darurat masih tetap dilanjutkan. Bersabung nyawa                  Mentawai merupakan satu gugusan kepulauan yang membujur dari utara ke selatan sepanjang pantai barat Sumbar, mulai dari Air Bangis, Kabupaten Pasaman, hingga mendekati wilayah Bengkulu.

Kepulauan Mentawai merupakan satu dari 19 kabupaten dan kota di wilayah Sumbar, berada di arah pantai barat. Daerah berpenduduk sekitar 76.421 jiwa itu sudah menjadi sasaran wisatawan dan dikenal wisatawan asing.

Jarak Kota Padang dengan Kepulauan Mentawai sekitar 125 mil laut, saat situasi normal bisa menghabiskan waktu dengan kapal penumpang 10 jam hingga 12 jam.

Sejak awal pekan ini, Mentawai semakin menjadi pusat perhatian banyak orang di Indonesia dan mancanegara. Betapa tidak, bencana yang pernah terjadi menghantam wilayah pesisir pantai Aceh 2004 lalu, kini menerpa wilayah yang menjadi tempat idola bagi wisatawan mancanegara itu.

Keprihatinan banyak pihak itu diwujudkan dengan berbondong-bondong untuk datang ke Mentawai, tentunya dengan semangat kemanusian—tolong menolong—antarsesama anak bangsa.

Niat tulus dan ikhlas para relawan itu tidak berjalan mulus karena medan titik-titik yang dihantam gelombang tsunami hanya satu-satunya melalui jalur laut.      

Relawan kemanusiaan berlayar dari Pelabuhan Padang, dihadang gelombang laut, bahkan dalam prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa hari terakhir terjadi gelombang di atas batas normal.

Gelombang perairan pesisir pantai Sumbar ketinggiannya mencapai tiga meter, membuat sejumlah kapal pengangkut relawan dan bantuan terombang-ambing.

Bahkan, nasib naas telah menimpa sejumlah relawan dari PLN Sumbar yang kapalnya terdampar, dan ada yang sempat terbalik karena hantaman gelombang saat pendistribusian bantuan di perairan Mentawai.

Namun, sebanyak 15  relawan PLN selamat dari maut karena cepat dikerahkan bantuan TIM SAR untuk memberikan pertolongan.

Pejuang kemanusiaan untuk mendistribusikan penuh tantangan ke lokasi-lokasi yang terkena gulungan gelombang tsunami pada Senin (25/10/2010) malam itu.

Akan tetapi, tantangan yang dihadapi pejuang kemanusian itu tak mengurangi dan menyurutkan semangat relawan untuk datang ke Mentawai, buktinya sampai sekarang sudah tercatat 1.499 relwan sampai di bumi Sekkerai itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com