Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Anak-anak Mentawai

Kompas.com - 31/10/2010, 07:57 WIB

Oleh Siri Antoni dan Agung Pambudi

Keceriaan anak-anak Bumi Sikkerei sejak sepekan terakhir ini nyaris tak terlihat lagi, diganti wajah-wajah murung berselimutkan sedih dan ngeri.

Sejak Selasa lalu, anak-anak periang yang sebelum ini berteman dekat dengan ombak tepi pantai itu terus bermurung durja dan tidak lagi berani mendekati bibir laut.

Adalah gempa tektonik berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) Senin malam sekitar pukul 21.40 WIB yang disusul gelombang tsunami yang dahsyat 15 menit kemudian, yang membuat hal itu semua terjadi.

Ombak indah Samudera Hindia yang menjadi sahabat mereka selama ini berubah menjadi gelombang mengerikan yang menghempaskan apapun di atasnya dan menyapu daratan di mana anak-anak itu tinggal.

Kampung pesisir pantai menghadap Samudera Hindia di mana anak-anak itu hidup disapu gulungan ombak setinggi 12 meter. Banyak kampung yang rata dengan tanah oleh gelombang laut mengerikan itu.

"Anak-anak kami kini sangat trauma dan takut sekali untuk melihat ke laut, karena mengingat peristiwa yang terjadi pada Senin (25/10) malam itu," kata Arnalia, warga Sikakap, Jumat.

Gempa disusul tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sejumlah wilayah Sumatera Barat lainnya Senin malam itu (25/10) telah menelan korban jiwa hingga 413 orang.

Hingga Jumat malam, 303 orang dinyatakan hilang, luka berat 270 orang, sementara luka ringan 142 orang. Sedikitnya enam dusun rata dengan tanah, sedangkan 21 dusun lainnya mengalami kerusakan 50-60 persen.

"Anak-anak di pengungsian terlihat trauma berat, bahkan sewaktu-waktu menjerik-jerit tanpa ada tahu penyebabnya," kata pegawai Kantor Camat Sikakap itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com