Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Merapi Berstatus Awas

Kompas.com - 26/10/2010, 12:57 WIB

Oleh Yuni Ikawati

KOMPAS.com — Gunung Merapi sejak Senin (25/10/2010) dinyatakan berstatus Awas. Peningkatan status ini berdasarkan kenaikan kegempaan vulkanik, deformasi signifikan kubah, serta peningkatan jumlah guguran kubah lava. Curah hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan lahar panas di lereng Merapi.

Perubahan status Siaga menjadi Awas gunung berapi di Yogyakarta yang tingginya 2.950 meter itu, jelas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, berdasarkan adanya peningkatan signifikan jumlah dan intensitas gempa vulkanik sejak Jumat (22/10) hingga Minggu (24/10). Dalam tiga hari, gempa bumi vulkanik meningkat dari 52 menjadi 80 gempa.

Selain itu, juga terjadi peningkatan pertumbuhan kubah—disebut ”laju inflasi”— hampir empat kali lipat sejak Kamis (21/10) sampai Minggu (24/10). ”Laju inflasi, dari 10,5 cm menjadi 42 cm per hari pada 24 Oktober 2010,” ujar Surono. Laju inflasi diukur dengan memasang reflektor di dekat puncak Merapi.

Jumlah guguran lava sebelum 21 Oktober 2010 kurang dari 100 kejadian menjadi 194 kejadian pada 24 Oktober 2010. Meningkatnya jumlah guguran lava ini mengancam daerah di selatan hingga tenggara Merapi, yaitu Kabupaten Sleman dan Klaten, serta berpotensi menimbulkan awan panas.

Menurut Dewi Sri, staf peneliti di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, curah hujan yang tinggi pada musim hujan ini akan muncul ancaman banjir lahar dingin di lereng selatan dan tenggara karena tumpukan lava akan tererosi hanyut bersama air hujan menjadi lahar dingin hingga turun menjadi banjir lahar, masuk ke sungai di hilir. Lahar dingin berpotensi mengalir di tujuh kali: Kali Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng, Krasak, dan Kali Bedog.

Menurut Dalidjo, pengamat di BPPTK, daerah pertumbuhan tahun ini mirip dengan lokasi tahun 2006. Pada gunung berapi yang berlokasi di empat kabupaten—Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali—itu terlihat bahwa daerah selatan dan barat menunjukkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya.

Pola pertumbuhan

Menurut Mas Atje Purbawinata—mantan Kepala BPPTK, mengamati Merapi pada 1980-2007—Merapi adalah gunung api teraktif di Pulau Jawa. Aktivitasnya dipengaruhi hunjaman Lempeng Australia ke Lempeng Eurasia di bawah dapur magma Merapi yang relatif lebih aktif daripada zona subduksi lain di selatan Jawa.

Karakter Merapi berbeda dengan gunung berapi umumnya. Pembentukan kubahnya relatif cepat, kubah itu tidak stabil karena akan hancur oleh magma yang menerobos di lubang kepundan. Aktivitas vulkanis ini mengakibatkan guguran lava sehingga menimbulkan awan panas. ”Periode munculnya awan panas guguran sekitar empat tahunan,” lanjut Mas Atje.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com