Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI-Rakyat Sama-sama Merana

Kompas.com - 23/10/2010, 03:27 WIB

Iwan Santosa

Subuh berganti pagi, Jumat (15/10) di Pos Gabungan Bersama Republik Indonesia-Malaysia di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Para prajurit TNI Angkatan Darat dan askar Tentara Diraja Malaysia berbaris di lapangan Pos Gabungan Bersama di bawah naungan bendera Merah-Putih dan Jalur Gemilang (bendera Malaysia).

Semua jalankan tugas sebaik mungkin menjaga kedaulatan negara. Apa ada pertanyaan?” tanya perwira Seksi Operasi Batalyon 641 Beruang, Letnan Satu Andry Christian, yang memimpin apel satu regu plus yang akan berangkat ke Pos Lintas Batas (PLB) Entikong-Tebedu.

Sesaat sebelum apel berlangsung, bus-bus malam antarkota antarnegara jurusan Pontianak-Kuching melaju melewati Pos Gabungan Bersama dan berhenti di depan gerbang PLB Entikong. Ratusan penumpang turun dan mengisi formulir keimigrasian.

Saat suasana hiruk-pikuk tercipta di depan gerbang PLB, Andry memerintahkan pasukan naik ke atas truk Isuzu warna hijau yang mengantar prajurit melewati jalan berbukit menuju pos mereka. Truk berhenti di sebuah Pos Aju. Tiga prajurit TNI dan seorang anggota askar yang berasal dari satuan Rejimen Askar Melayu Diraja (Royal Malay Regiment) masuk ke pos dan memberikan penghormatan.

Para prajurit TNI berbekal senapan tipe FNC (Fabrique Nationale) Belgia yang dibuat di Pindad dan askar Malaysia membawa senapan buatan Austria, Steyr, lengkap dengan teleskop.

Truk kembali bergerak menuju gerbang PLB. Para prajurit turun, melintasi gerbang PLB dan berjaga di sudut no men’s land di antara wilayah Indonesia-Malaysia.

Suasana sungguh kontras. Di wilayah Malaysia di PLB Tebedu, taman indah menghiasi bukit di kaki Gunung Entitik yang menjadi sempadan kedua negara.

Sebaliknya, di sisi Indonesia, suasana kumuh terlihat. Wajah-wajah pencari kerja berbaur dengan warga Kalimantan Barat yang ingin menjenguk keluarga ataupun bersekolah di Kuching dan bercampur dengan para calo yang menjajakan formulir imigrasi serta penukar uang ringgit. Suasana terminal yang kotor, pedagang kaki lima, warung dan taman yang tidak terawat, dan kolam yang kotor terlihat di sisi perbatasan Entikong.

Perkampungan di Entikong dalam pengamatan Kompas sejak tahun 2002 hingga kini tidak banyak berubah. Jalan berlubang, sampah, dan lingkungan kumuh terlihat di sana-sini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com