Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Bersatu di Pengungsian

Kompas.com - 30/09/2010, 10:50 WIB

Kabar tentang bentrokan itu kemudian menyebar dan membuat warga ketakutan lalu mengungsi. Ada yang mengungsi ke markas TNI setempat, kepolisian, dan sekolah. Mereka pergi meninggalkan rumah membawa barang seadanya, yaitu pakaian pada tubuh, bantal, tikar, serta sedikit makanan dan air. Ada yang datang dengan perahu dan memarkirkan kendaraan laut mereka itu di pangkalan.

Di Lanal Tarakan, kebanyakan pengungsi sempat meninggalkan tempat pengungsian karena menyangka kondisi sudah aman hari Rabu sekitar pukul 04.00 Wita. Namun, Rabu pukul 07.00 Wita, mereka kembali ke tempat pengungsian Lanal Tarakan sebab ada kabar temuan baru mayat korban bentrokan. ”Saya di sini saja, lebih aman meskipun kelaparan,” kata Fadli.

Pengungsi menunggu kesigapan aparat menyediakan makanan, minuman, obat-obatan, tenda, dan selimut. ”Kami tidak bisa beli makanan karena semua toko dan warung tutup,” kata Yanti.

Kota mati

Semua toko, rumah makan, dan tempat belanja sejak konflik meletus tutup total. Angkutan umum tidak beroperasi kecuali penerbangan. Perahu cepat hanya melayani tujuan keluar Tarakan.

Penumpang pesawat ketika mendarat di Bandar Udara Internasional Juwata, Kota Tarakan, Kaltim, diminta tidak pergi sendiri, apalagi melewati konsentrasi massa.

Di Kota Tarakan, jalan amat lengang. Kota nyaris senyap.

Guru Besar Sosiologi Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda, Prof Sarosa Hamongpranoto, menilai, bentrokan antarkelompok warga Tarakan terjadi bukan cuma akibat satu masalah. Yang dimaksud adalah tewasnya Abdullah (56), penduduk keturunan Kalimantan, oleh warga dari Sulawesi. ”Saya rasa ada kecemburuan sosial dan konflik budaya,” kata Sarosa. Maksudnya, ada kelompok yang lebih berhasil daripada kelompok lain. Perbedaan budaya terkadang dalam hal yang sepele—misalnya ucapan—bisa memicu pertikaian lebih besar. Selain itu, kondisi Tarakan sebagai pulau yang kecil (65.700 hektar) juga mengakibatkan setiap kejadian cepat diketahui banyak orang.

Sarosa menyarankan aparat dan pemerintah bahu-membahu mengatasi konflik di Tarakan dengan menciptakan kebersamaan. Tindakan tegas terhadap warga yang memancing keributan jelas perlu, tetapi untuk menghadapi massa yang kesal perlu pendekatan yang bersahabat.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Bandara Juwata menyatakan, aparat dan pemerintah tetap akan bekerja keras memulihkan situasi. ”Saya mengajak semua pihak untuk menciptakan perdamaian,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com