Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Tasikmalaya Kembali Ekspor Beras Organik

Kompas.com - 28/09/2010, 12:09 WIB

Tasikmalaya, Kompas - Petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Simpatik Kabupaten Tasikmalaya siap mengekspor kembali beras organik ke Jerman, Hongkong, dan Singapura. Selain pasar ekspor, petani meyakini pasar dalam negeri untuk beras organik pun masih terbuka luas.

Ketua Gapoktan Simpatik Uu Saeful Bahri, Senin (27/9), mengatakan, ekspor dilakukan melalui eksportir PT Bloom Agro. Ekspor ke Hongkong sebanyak 4 ton, ke Singapura 4 ton, dan ke Jerman hanya 1 ton. "Berasnya dikirim dalam kemasan 1 kilogram," ujarnya.

Beras yang dikirim berupa beras merah, coklat, putih, dan campuran. Sebelumnya, Gapoktan Simpatik juga telah mengekspor beras organik ke Amerika Serikat dan Malaysia dengan volume masing-masing 19 ton.

Namun, beras organik yang akan dikirim ke tiga negara tersebut masih berada di tempat penyimpanan milik Gapoktan. Menurut informasi yang didengar Uu dari PT Bloom, masih ada masalah terkait izin dari Kementerian Perdagangan. Namun, hal itu tidak memengaruhi kualitas beras.

Menurut Uu, permintaan beras organik di dalam negeri dari pasar swalayan dan perorangan cukup tinggi. "Dalam sebulan permintaan beras organik dalam negeri bisa 10 ton," katanya.

Tingginya permintaan beras organik untuk menghadapi kendala cuaca dengan hujan yang terus-menerus. Selain hasil panen sedikit, petani juga kesulitan menjemur gabah. Petani juga sulit menyesuaikan diri dengan permintaan konsumen. "Ketika petani banyak menanam padi jenis ciherang, konsumen justru banyak yang menginginkan padi jenis sintanur," kata Uu.

Air melimpah

Kepala Bidang Produksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Soni Prayatna mengatakan, curah hujan tinggi menyebabkan petani kembali menanam padi. Petani yang biasanya menanam palawija pun kembali menanam padi karena air melimpah.

Untuk menjaga kualitas ekspor padi organik, pengawas mutu internal dari Gapoktan akan menguji kembali tanaman padi organik di lahan sawah seluas 320 hektar yang telah disertifikasi Institute for Marketology (IMO) yang berbasis di Swiss.

Mekanisme pengawasan mutu ini rutin dilakukan setiap dua tahun. Selain sertifikasi ulang oleh IMO, ada juga lahan sawah anggota Gapoktan yang akan diusulkan untuk mendapat sertifikat organik dari Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI). (adh)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com