Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Rampok Medan Masih Berkerabat

Kompas.com - 22/09/2010, 09:39 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Empat warga Bandar Lampung yang diringkus pasukan Densus 88 Antiteror Mabes Polri terkait kasus perampokan di Medan ternyata masih saling berteman dan berkerabat. Drama penangkapan tiga di antara empat pemuda itu terjadi di dua lokasi terpisah di kawasan Gedong Air, Tanjungkarang barat, Minggu (19/9/2010) malam.

Kakak beradik Heri Kuswanto (25) dan Hendri Susanto (29) ditangkap di rumahnya di Jalan Imam Bonjol Gang Bukit IV. Operasi penangkapan berlangsung tak lebih dari 15 menit dan berlangsung dramatis di kegelapan malam. Petugas yang datang mengenakan pakaian hitam dan bersenjata lengkap langsung mengacungkan pistol ke arah kepala Suratmanto (60), ayah Heri.

"Begitu saya membuka pintu, dia langsung menodongkan pistol ke kepala saya. Angkat tangan. Bapak tidak usah berteriak, katanya. Ya sudah, saya diam saja," kata Suratmanto di kediamannya, Selasa (21/9).

Waktunya saat itu sekitar pukul 22.00 WIB. Ia sama sekali tak menyangka akan didatangi orang-orang bersenjata itu karena listrik di rumahnya tiba-tiba padam. Ketika listrik menyala, rumahnya telah dipenuhi polisi, dan kedua anaknya telah diikat lakban serta diborgol. Setelah beberapa orang masuk ke dalam rumah, Suratmanto mendengar suara langkah-langkah kaki dari gang kecil menuju rumahnya. "Mereka langsung menggeledah rumah dan menangkap anak saya. Prosesnya sangat singkat, tak sampai 15 menit. Mungkin hanya 10 menit," imbuhnya.  Saat petugas datang, Heri sedang bermain PS di kamarnya. Sedangkan Hendri Susanto meringkuk di kamarnya karena masih sakit.

Pemuda ketiga yang Minggu malam juga disergap adalah Wahono alias Bawor. Ia ditangkap saat mengantarkan undangan perkawinan ke rumah seseorang di Susunan Baru, Tanjungkarang Barat. Tersangka keempat yang masuk daftar tangkapan bernama Anton Sujarwo, adik kandung Wahono alias Bawor. Belum diketahui di mana Anton ditangkap. Namun Anton sudah tak kelihatan batang hidungnya sejak Kamis (16/9) lalu.   

Listrik diputus 

Umi Asih dan Suratmanto lebih jauh menceritakan drama penangkapan anak-anaknya dimulai ketika aliran listrik di rumahnya tiba-tiba putus. Heri yang sedang bermain PS di kamarnya kemudian keluar ke pintu depan, hendak menyalakan meteran. Suratmanto juga beranjak dari ruang keluarga ke ruang tamu. "Ketika Heri mau menghidupkan sekering, tiba-tiba lampunya hidup lagi. Lalu ada yang mengetuk pintu," katanya.

Suratmanto yang sebelumnya sedang menonton siaran televisi membuka pintu. Ia mengira, tamu yang bertandang malam itu teman Heri. Begitu dibuka, ternyata ada beberapa orang bersenjata api langsung masuk dan menodongkan pistol. "Mereka mengikat tangan anak-anak saya pakai lakban hitam, kemudian dibawa pergi. Kalau tidak salah, ada dua mobil dan enam sepeda motor yang parkir di bawah," tukas Umi Asih.  

"Hendri istirahat di kamar sambil ngelonin anaknya. Ia memang belum sembuh dari  sakit dan sempat dirawat di Rumah Sakit Abdul Moeloek selama 12 hari karena tifus," kata Umi menangisi kepergian kedua putranya.

Umi mengaku sangat shock dan tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan nasib anaknya yang tidak jelas. Bahkan, sebelum kedua anaknya dibawa polisi, ia sempat memberikan obat dari dokter yang belum habis dikonsumsi Hendri.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com