Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Manokwari Telah Normal

Kompas.com - 17/09/2010, 12:16 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com — Aktivitas warga di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, telah pulih dan berlangsung normal pasca-kemarahan sekitar 150 warga yang menuntut kematian kerabatnya yang tewas ditembak anggota Brimob Detasemen C Papua.

Saat ini pusat keramaian massa berada di Jalan Baru Kampung Rendani, Manokwari, tempat rumah duka.

Dihubungi Jumat (17/9/2010), Komandan Kodim 1703 Manokwari Letnan Kolonel (Kav) Edward Sitorus mengatakan, situasi di Manokwari telah berjalan normal. Tidak ada lagi gejolak seperti yang terjadi Kamis kemarin yang sempat membuat suasana ibu kota Papua Barat itu mencekam.

Hingga Jumat, Edward mengatakan, anggota TNI belum diturunkan untuk membantu polres menangani kasus ini. "Sejak kemarin kami memang siaga karena di Manokwari sedang berlangsung tahapan pemilu. Tapi, belum sampai turun ke jalan karena harus atas permintaan kepolisian. Intinya, kami siap mem-back-up kepolisian," ucapnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, pada Rabu sekitar pukul 19.00 di Jalan Esau Sesa, daerah Sowi, dekat Markas Brimob Detasemen C Manokwari, terjadi tabrak lari yang melukai warga setempat. Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Wachyono, Kamis di Jayapura, mengatakan, saat kecelakaan terjadi, penabrak yang belum diketahui identitasnya ini berlari ke permukiman yang sebagian besar dihuni anggota brimob. Pada saat bersamaan, tiga anggota brimob berpakaian preman berada di lokasi kecelakaan. Mereka berusaha menolong korban tabrak lari. Namun, warga setempat malah mengira mereka penabrak sehingga mengejarnya.

Ketiga anggota brimob juga berlari ke arah Markas Brimob Detasemen C dan menuju tempat tinggalnya. Belasan warga yang berhasil mengejarnya malah menganiaya anggota brimob ini. Hal ini membuat dua anggota brimob terluka.

Brigadir Dua Amin terluka di leher dan Brigadir Dua Ismail terluka akibat tertusuk anak panah di kaki. Keduanya masih dirawat di RSUD Manokwari. Tak lama berselang, sekitar 10 anggota brimob turun dari markasnya sambil membawa senjata api dan mengeluarkan serentetan tembakan.

"Anggota keluarkan tembakan untuk pertahankan diri," ujarnya.

Tembakan mengenai kaki salah seorang anggota massa yang bernama Naftali Kwan (30). Korban kemudian mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari karena kehabisan darah.

Kamis pagi, seorang warga dekat markas brimob, Septinus Kwan (28), meninggal dengan luka memar dan istrinya, Antomina Kwan (25), yang terluka berada di tepi jurang Sowi.

Kematian Septinus makin memicu emosi sekitar 100 sanak keluarga dan kerabatnya. Antomina dirawat di RSUD Manokwari. Dihubungi, Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Bambang Ricky mengatakan masih dilakukan otopsi dan visum terhadap kedua korban. Karena itu, ia belum dapat menyimpulkan apakah kematian/luka ini terkait kasus penyerangan warga kepada anggota brimob.

Kamis siang, massa memalang jalan-jalan di Manokwari serta tidak memperbolehkan kendaraan melintas. Toko-toko, beberapa tempat usaha, serta perkantoran dan sekolah sempat memilih tidak beroperasi sementara.

Miswan (40), warga di Fanindi, mengaku langsung pulang ke rumah saat mobil polisi berpatroli dan meminta warga yang tidak berkepentingan jangan keluar rumah.

"Jalanan sepi dan toko-toko tutup, saya sekeluarga memilih di rumah saja," ujarnya Kamis pagi.

Warga mengarak jenazah Naftali Kwan dari rumahnya di Jalan Baru, Kampung Rendani, dekat Hotel Papua Forest sejauh lima kilometer menuju Kantor Bupati Manokwari.

Di tempat itu, jenazah diletakkan di tengah jalan di depan kantor bupati dan massa berteriak-teriak sambil membawa panah, parang, dan balok kayu. Tetua kerabat korban, Melkianus Mandacan, mendesak polisi bertanggung jawab atas kematian Naftali dan Septinus.

Selain itu, massa meminta anggota brimob diusir dari Manokwari. Lebih lanjut, warga asli setempat itu menuntut kembali tanah lokasi markas brimob di Sowi dan polisi dikenai denda Rp 30 miliar atas kematian Naftali.

Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Bambang Ricky menenangkan warga dengan menjamin semua biaya pemakaman korban. Sekitar pukul 13.45, massa kemudian bersedia kembali ke rumah duka di Jalan Baru Kampung Rendani. Bambang mengatakan, penembakan memang dilakukan anggota brimob.

Pemeriksan Polres Manokwari terhadap tujuh anggota brimob menunjukkan penembakan dilakukan untuk mempertahankan diri dan menghalau massa. Ia memastikan kasus ini akan diusut hingga tuntas dan terbuka.

Muspida setempat, Bupati Manokwari Dominggus Mandacan, Ketua DPRD Manokwari Yosias Saroy, Kepala Polres Manokwari, dan Komandan Kodim 1703 Manokwari,Letkol (Kav) Edward Sitorus sempat bertandang ke rumah persemayaman untuk menenangkan warga dan menyampaikan dukacita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com