Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengabadikan Kisah Kemanusiaan di Pulau Galang

Kompas.com - 30/08/2010, 03:16 WIB

Menurut Adnan yang bertugas di Pulau Galang sejak akhir tahun 1989, tercatat ada sekitar 250.000 pengungsi yang berdiam di pulau itu. Mereka datang secara bergiliran dengan menggunakan perahu. Bahkan, katanya, tidak sedikit pengungsi yang meninggal saat perahu masih terombang-ambing di Laut China Selatan. ”Sebenarnya, pertama kali pengungsi Vietnam terdampar di Pulau Natuna sekitar tahun 1975 dan 1976. Saat itu ada sekitar 100 orang yang berada di dalam perahu. Mereka lalu ditangani pemerintah setempat sebelum akhirnya dipindah ke Pulau Galang,” terangnya.

Dari penjelasan Adnan itu pula ada banyak kisah tragis yang dialami pengungsi, di antaranya pembunuhan akibat perkelahian dan pemerkosaan. Bahkan, didirikan Patung Taman Kemanusiaan yang menggambarkan sosok wanita yang bunuh diri karena tidak kuat menanggung beban malu setelah diperkosa oleh sesama pengungsi. Pemerintah akhirnya mendirikan bangunan penjara sebagai hukuman terhadap pelaku kriminal di Pulau Galang. Sampai kini, bekas penjara itu masih ada dan terletak di depan kantor P3V.

Sisa bangunan peninggalan di Pulau Galang lainnya adalah area pemakaman Ngha Trang Grave yang berisi 503 makam. Seluruhnya adalah pengungsi Vietnam yang mati karena penyakit atau tua. Bangunan ibadah yang masih kokoh berdiri sampai kini adalah Wihara Quan Am Tu dan Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem. Bahkan, pada waktu-waktu tertentu, wihara masih dipakai untuk beribadah bagi penganut Buddha.

Adnan menuturkan jika mantan pengungsi yang masih hidup dan kini tersebar di beberapa negara kerap berkunjung kembali ke Pulau Galang sekadar bernostalgia. Mereka ada yang kini menetap di Perancis, Inggris, Amerika Serikat, atau kembali ke Vietnam. Rencananya, bekas kamp pengungsi di Pulau Galang ini akan dijadikan museum kemanusiaan.

”Peristiwa di Pulau Galang ini menunjukkan kisah kemanusiaan yang tanpa memandang suku, ras, agama, atau bangsa apa pun untuk saling berbagi dan menolong. Saat itu, pemerintah Indonesia tanpa ragu untuk menampung dan membantu ribuan pengungsi yang terombang-ambing di lautan melarikan diri akibat perang saudara,” kata Adnan. Perang memang tak pernah berakhir dengan senyuman. Namun, manusia-manusia yang menjadi korban perang tetap harus mendapat perhatian dan bantuan. Sebagai sesama manusia yang tetap perlu saling berbagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com