Maka, analogi menjaga keanekaragaman budaya, adat, dan keyakinan masyarakat dapat diimplementasikan dalam konteks menjaga keanekaragaman satwa di KBS. Di sini kita dapat memaklumi mengapa kematian satwa menjadi isu dan perbincangan sensitif. Kelalaian pengelolaan satwa ibarat kelalaian pihak yang bertanggung jawab dalam mengayomi dan menjamin kedamaian serta ketenteraman di tengah situasi yang plural.
Dalam konteks kepariwisataan, keanekaragaman hayati tersebut justru merupakan nilai jual yang tinggi bagi Indonesia. Eropa, sebagaimana dirintis The Association of Independent Tour Operators (AITO), memberi penekanan penting bagi industri (bisnis) pariwisata yang mengindahkan isu-isu sosial. AITO merumuskan lima tanggung jawab yang diemban para anggotanya.
Pertama, melindungi lingkungan hidup (flora, fauna, dan bentang alam). Kedua, menghormati kebudayaan lokal (tradisi, religi dan bangunan bersejarah). Ketiga, memberikan keuntungan kepada masyarakat lokal. Keempat, mengonservasi sumber daya alam. Kelima, meminimalkan polusi (suara, air, dan udara). Maka, menjaga keanekaragaman fauna di KBS dengan meminimalkan tingkat kematian adalah upaya mulia yang berdampak ekonomis melalui industri pariwisata khususnya.
Sampai di sini, hal yang diperlukan adalah pemahaman publik akan kesulitan-kesulitan teknis petugas lapangan KBS dalam mengonservasi satwa. Diyakini ada iktikad baik dalam menyelamatkan satwa dari ancaman kematian. Maka, prinsip menjaga keanekaragaman satwa di KBS ibarat menjaga keanekaragaman manusia yang membutuhkan dialog dan toleransi. I Dewa Gde Satrya Widiaduta Dosen dan Peneliti Pariwisata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.