Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ular dan Burung Hantu Tak Dilepas Lagi

Kompas.com - 30/07/2010, 18:54 WIB

SLEMAN, KOMPAS - Pelepasan ular dan burung hantu yang merupakan predator tikus sawah tak lagi dilakukan. Keberadaan hewan-hewan itu sulit dipantau. Dua jenis satwa ini diduga justru diburu untuk dijual.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman tujuh tahun lalu melepas 60 ular di sawah yang berhama tikus, yakni di Moyudan dan Seyegan. Setahun sebelumnya, sebanyak 10 pasang burung hantu dilepas. Namun, kedua jenis musuh alami tikus itu tak terpantau lagi. "Ke depan, saya rasa tidak akan ada program pelepasan hewan-hewan predator tikus," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman Edy Sri Harmanta, Kamis (29/7).

Beberapa waktu lalu, dua ular piton yang dilepas tujuh tahun lalu ditangkap warga di Dusun Betokan Sumberrahayu, Moyudan. Ular sepanjang 4 meter dengan lingkar tubuh sebesar pergelangan kaki orang dewasa itu memangsa ayam.

Ular itu tak dibunuh, tetapi diserahkan ke pemilik lamanya. Sebagai ganti dilepaskan lima pasang ular piton kecil. "Hanya itu kabar satu-satunya yang juga bukti ular yang dilepas masih ada. Yang lain mungkin sudah diburu," katanya.

Di Sleman, tikus menyerang puluhan hektar lahan per tahun. Populasi tikus terbanyak ada di selatan sumber air (Selokan Mataram), seperti Moyudan, Seyegan, dan Tempel. Air melimpah diikuti pola tanam padi-padi-padi itu membuat rantai perkembangan tikus tak terputus. Makanannya melimpah.

Selain burung hantu dan ular, predator alami tikus adalah blacan dan garangan (musang). Sama seperti burung hantu dan ular yang rawan diburu, musang-musang pun sama. Dagingnya diambil dan dimasak, sedangkan kulitnya diawetkan untuk dijadikan hiasan.

"Musang-musang sesekali kami temui, tapi populasinya jauh berkurang. Ini mencemaskan. Petani sudah tak memburu, tetapi orang lain masih," ujar Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Seyegan, Harno. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com