Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Program Restrukturisasi di Tubuh Garuda

Kompas.com - 26/07/2010, 03:43 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Dua program restrukturisasi yang dilakukan di tubuh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dinilai telah menyelamatkan perusahaan penerbangan nasional tersebut dari kebangkrutan. Manajemen yang kuat dan mandiri, termasuk dalam menghadapi intervensi pihak luar, menjadi kunci keberhasilan.

Hal itu disampaikan Abdulgani, mantan Direktur Utama Garuda Indonesia (1999–2002), saat promosi untuk meraih gelar doktor di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Sabtu (24/7). Disertasinya berjudul ”Pengaruh Restrukturisasi terhadap Peningkatan Kinerja PT Garuda Indonesia”. Hadir dalam acara tersebut Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

Abdulgani menuturkan, restrukturisasi merupakan upaya memulihkan kondisi dan meningkatkan kinerja Garuda Indonesia. Restrukturisasi dilakukan dengan menata semua aspek manajemen agar dapat terbentuk pola manajemen yang sehat.

Program restrukturisasi yang dilakukan pada tahun 1998-2001 dan tahun 2005-2008 membuat Garuda Indonesia melewati dua kali masa bangkit dari krisis (turnaround). Pada tahun 1999, Garuda Indonesia mendapat laba operasi senilai Rp 135,5 miliar. Padahal, dari tahun 1993-1997, total kerugian operasional Garuda Indonesia mencapai Rp 2.010,4 miliar.

Campur tangan penguasa

Keberhasilan dua program restrukturisasi, menurut Abdulgani, tak bisa lepas dari kekuatan dan kemandirian pemimpin Garuda Indonesia. Sebagai badan usaha milik negara, pemimpin Garuda Indonesia harus menghadapi intervensi dari pemerintah ataupun pihak lain yang memiliki kepentingan ekonomi.

Menurut dia, pada restrukturisasi pertama, campur tangan penguasa terhadap pengelolaan bisnis Garuda Indonesia masih berlangsung. Hal itu terjadi dalam hal pengadaan bahan bakar minyak, pemeliharaan pesawat, penyewaan perangkat lunak ataupun katering. Kondisi itu sangat mengganggu proses restrukturisasi.

”Direksi Garuda ketika itu dengan tegas mengambil sikap mundur jika campur tangan tetap dilanjutkan. Akhirnya proses restrukturisasi pertama dapat berjalan tanpa campur tangan terhadap pengelolaan bisnis,” katanya.

Kekuatan dan kemandirian Garuda Indonesia itu harus terus dipertahankan. Meskipun berstatus BUMN, manajemen Garuda Indonesia perlu dibebaskan dari intervensi pemerintah dan pihak lain. Selain itu, manajemen Garuda Indonesia harus memerhatikan perkembangan faktor eksternal, yakni kondisi perekonomian, persaingan industri penerbangan, dan harga bahan bakar minyak yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan penerbangan di era global.

Emirsyah Satar mengatakan, paparan Abdulgani sangat bermanfaat bukan hanya bagi Garuda Indonesia, tetapi juga perusahaan lainnya. Ke depan, pihaknya akan lebih memerhatikan faktor eksternal yang ternyata mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

”Bisnis itu kan dinamis. Jadi, mungkin kita harus mengubah beberapa rencana. Apa yang dipaparkan tadi akan dipakai untuk menjaga keberlanjutan Garuda ke depan,” ujarnya. (ARA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com