Jakarta, Kompas -
Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad ketika meresmikan Kantor Pelayanan Terpadu dan Menara Kontrol Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (16/7).
Pelabuhan Muara Angke, yang ukurannya lebih kecil dibanding Muara Baru, akan lebih berkembang dan tidak kumuh jika digabungkan dengan Muara Baru.
Selain itu, konsep Muara
”Semua aktivitas itu akan memicu peningkatan dinamika ekonomi,” kata Fadel.
Namun, Fadel mengakui, pembangunan akses kedua pelabuhan itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain untuk membangun jalan bebas hambatan yang menghubungkan kedua pelabuhan, juga dibutuhkan dana besar untuk pembebasan lahan.
Selama ini kondisi kedua pelabuhan jauh dari kesan higienis dan terlihat kumuh. Namun, kondisi Pelabuhan Muara Baru sudah ada perbaikan, dengan dibangunnya kembali Kantor Pelayanan Terpadu dan Menara Kontrol yang biayanya dari pinjaman Jepang.
Menurut Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri, bantuan ini diberikan karena Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki Kawasan Ekonomi Khusus dengan peringkat nomor tiga dunia. ”Namun sumber daya kelautannya tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena belum lengkapnya infrastruktur pelabuhan perikanan,” kata Shiojiri.
Bantuan pinjaman yen dipakai untuk menjaga kelangsungan fungsi pelabuhan ikan dengan mempertinggi struktur dinding pelabuhan, perbaikan tembok laut, meninggikan jalan, pembuatan fasilitas penampungan air hujan dan pemasangan tempat pompa pembuangan, pembangunan menara kontrol, serta perbaikan pipa air kotor untuk pengawasan sanitasi.
Sementara itu, Kepala Pelabuhan Nizam Zahman Muara Baru Suhardoyo mengatakan,
Pelabuhan Nizam Zahman yang luasnya 110 hektar ini mempunyai produksi 350 ton ikan per hari. ”Perputaran uang yang ada di sini sebesar Rp 24 miliar sehari, sementara jumlah ekspor mencapai 32.000 ton per tahun, dengan jumlah industri yang berada di sini ada 243 unit,” kata Suhardoyo.