Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Todung: "Dana Aspirasi" Rawan Korupsi

Kompas.com - 30/06/2010, 15:53 WIB

 

JAKARTA, KOMPAS.com- "Dana aspirasi" kembali menjadi kontroversi. Kali ini, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mengusulkannya dengan nama Agenda Program Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah (P4D).

Ketua Dewan Pengurus Transparancy International Indonesia (TII), Todung Mulya Lubis, mengingatkan, usulan program pengucuran dana triliunan rupiah ke daerah itu rawan dikorupsi. "Saya khawatir, jika disetujui, 'dana aspirasi' ini bisa menimbulkan kolusi dan korupsi walau skala kecil. Ini tidak sehat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. DPR dan DPD sebenarnya bisa mendesak ke pemerintah untuk fokus pada daerah pemilihan mereka," kata Todung, seusai mengisi diskusi di Gedung DPD, Jakarta, Rabu (30/6/2010).

Selain itu, menurut dia, apa yang diusulkan DPD ini sudah melampaui ranah kewenangannya. Alokasi anggaran merupakan kewenangan eksekutif, dalam hal ini pemerintah. "Kalau lembaga seperti DPR dan DPD ingin mendapat dana dan menjalankan program semacam itu, kita bisa mendistorsi sistem tata negara kita," ujar anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK ini.

Meski bertujuan mengakomodasi aspirasi masyarakat di daerah, DPR dan DPD dipandang tidak layak untuk meminta alokasi anggaran untuk dana aspirasi. Melalui fungsi pengawasan, kedua lembaga ini diharapkan lebih memaksimalkan perannya mengawasi pemerintah melakukan pembangunan di daerah.

"Nepotisme dengan kepala daerah juga sangat mungkin terjadi. Istilah saya, menDesentralisasi peluang korupsi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com