JAKARTA, KOMPAS.com - Perempuan kelahiran Surabaya, 53 tahun lalu, sudah membaca Kompas sejak usia 10 tahun, tepatnya ketika dia duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. ”Saya tahu Kompas sejak tahun 1968, artinya mulai membaca sendiri,” kata Anastasia Nancy Salindeho, yang sampai sekarang rutin mengkliping berita dan foto menarik.
”Saya tahu ada Kompas di rumah sejak belum duduk di bangku sekolah. Tapi baru membaca mulai dari berita utama hingga halaman terakhir setelah duduk di kelas IV SD Katolik Santa Maria Jalan Raya Darmo, Surabaya.”
Semua anggota keluarganya, menurut Nancy, begitu setia sebagai pembaca Kompas karena koran ini ibaratnya nasi yang mengenyangkan. Kalau belum membaca Kompas berarti belum kenyang. ”Semua anggota keluarga rela ”berjaga” di depan rumah dengan tujuan agar bisa lebih awal membaca begitu loper melemparkan koran ke teras rumah,” begitu Nancy mengungkapkan kesetiaan keluarga beranggotakan enam orang itu sebagai pembaca Kompas.
Diungkapkan, sang ibu yang kini berusia 84 tahun masih rutin membaca Kompas. ”Sampai sekarang kalau koran telat datang, mama pasti ’ribut’,” ujar perempuan yang menerima Kompas di rumahnya rata-rata pukul 06.00.
Kompas
”Bagi yang lebih dulu selesai mengisi TTS, rasa bangga luar biasa karena semua kan pasti baca Kompas, tetapi masih saja ada yang kalah,” ujar Nancy, yang berharap Kompas mampu mempertahankan kualitas, meski di tengah persaingan media yang luar biasa. (ETA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.