Mau Lihat Duyung? Bayar Rp 1.000

ENDE, KOMPAS.com - Seekor duyung betina (Dugong dugon) yang merupakan satwa langka dan dilindungi oleh undang-undang di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur malah dikomersilkan dengan tarif Rp 1.000 per orang. Hal itu sebagaimana yang terjadi di Desa Mukusaki, Kecamatan Wewaria, Ende.

Nelayan yang telah menangkap duyung itu memungut uang dari masyarakat yang menonton. Sampai saat ini pengunjung selalu berdatangan ke lokasi. "Kami sebenarnya sudah meminta kepada nelayan setempat supaya melepas duyung itu ke laut, tapi mereka masih menahannya. Mereka juga beralasan, uang yang mereka tarik dari pengunjung sebagai ganti mereka tidak melaut, karena harus menjaga duyung itu," kata Camat Wewaria, Cosmas Ketukiri, Senin (17/5/2010), di Ende.

Duyung betina tersebut awalnya ditangkap oleh 4 nelayan Mukusaki, yaitu Heri Khaerudin, Taufik, Jamaluddin Abubakar dan Lantani, di perairan pantai Watubara, Senin (10/5/2010), pekan lalu. Mereka kemudian mengikat bagian ekor duyung dengan tali sepanjang sekitar 15 meter, yang dikaitkan dengan kayu pancang di pinggir pantai.

Duyung itu sebenarnya sempat terlepas pada hari Jumat (14/5/2010) lalu, tapi dapat ditangkap kembali akibat terjerat pukat nelayan hari Minggu (16/5/2010).

Yang dikhawatirkan duyung sepanjang sekitar 1 meter dan berat 1 kuintal itu mati karena kekurangan makanan. Makanan utama duyung adalah lamun (seagrass), yang biasanya tumbuh pada kedalaman 1-2 meter di bawah permukaan air laut atau di laut dangkal dengan dasar berlumpur dan berpasir. Duyung dewasa umumnya dapat menghabiskan 25-30 kilogram (kg) lamun basah setiap hari.