Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Flu Burung Sudah 165 Orang

Kompas.com - 07/05/2010, 21:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Dalam dua bulan terakhir, Februari-April, pasien positif flu burung di Jakarta bertambah dua orang. Dengan demikian, penderita flu burung di Indonesia dari Juli 2005, ketika pertama kali virus tersebut dikenal hingga April 2010 berjumlah 165 orang.

"Kita laporkan ke WHO, 165 orang dari 2005 (ketika) pertama kali mengenal flu burung dari Juli sampai Aprli 2010. Yang meninggal 136 orang," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Ratna Rosita dalam jumpa pers di Kementrian Kesehatan, Jakarta, Jumat (7/5/2010).

Dua orang penderita flu burung sepanjang Februari hingga April tersebut, menurut Ratna, diketahui melalui pemeriksaan rutin puskesmas-puskesmas. "Pertama positif flu burung di Malang. Kasus ini ditemukan saat pemeriksaan rutin, surveilance yang dilakukan Puskesmas Kota Malang. Penderita datang ke puskesmas dengan gejala flu. Kedua, Ana usia 4 tahun 8 bulan, di Pekan Baru, Riau, yang semula demam," katanya.

Meskipun demikian, Ratna menyampaikan bahwa penyakit flu burung akibat virus H5N1 yang ditularkan unggas bukan suatu hal yang mengerikan jika petugas kesehatan dapat menangani pasien penderita dengan benar. "Bahwa kasus flu burung dapat diketahui dengan tepat dan terapi benar, dapat disembuhkan dengan baik," paparnya.

"Kita latih dokter-dokter agar punya kepekaan terhadap kasus-kasus di tempat praktek, sehingga lebih cepat merujuk, kasih tamine flu. Jadi dia tidak jadi kasus yang berat," tambahnya.

Adapun penyakit flu burung yang dapat menyebabkan kematian cepat karena perburukan kondisi paru-paru akibat infeksi tersebut dapat diobati dengan antivirus oseltamivir.

Kepala Subbidang Zoonosis Kementrian Kesehatan, drh Wilfrid Purba menyampaikan, hingga saat ini tidak ditemukan kondisi resisten terhadap oseltamivir tersebut. "Oseltamivir flu masih digarap di Indonesia dan tidak ditemukan resisten, masih diatur sedemikian rupa oleh pemerintah dan tidak dijual bebas untuk mencegah penggunaan sedemikian rupa agar tidak resisten," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com