Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biopori Harus Terus Digalakkan

Kompas.com - 23/03/2010, 13:04 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Pembuatan lubang resapan biopori di wilayah Kota Yogyakarta harus terus digalakkan. Hal ini untuk mengatasi masalah kekurangan air bersih pada musim kemarau dan genangan yang kerap muncul saat musim hujan. Biopori juga dinilai solusi paling murah dan mudah yang bisa dilakukan masyarakat.

"Saat ini sudah terdapat 228.000 lubang biopori di seluruh wilayah Kota Yogyakarta sejak gerakan ini dimulai pada 2009 lalu. Kami menargetkan tercipta satu juta lubang biopori pada 2011 nanti," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Yogyakarta Suyana pada acara memperingati Hari Air Sedunia di kampung Nitikan, Sorosutan, Umbulharjo, Senin (22/3).

Pemkot Yogyakarta dan wartawan peliput Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan pembuatan lubang biopori di kampung tersebut. Suyana menjelaskan, saat ini terdapat 64 titik genangan air saat musim hujan yang sebagian besar terdapat di jalan-jalan besar di Yogyakarta.

"Di sisi lain, saat musim kemarau, Yogyakarta krisis air bersih karena lebih banyak air yang diambil daripada yang masuk ke tanah," ujar Suyana. Oleh karena itu, upaya untuk menyimpan air saat musim hujan dan memanennya saat musim kemarau harus dilakukan.

Termurah

Cara termurah dan termudah adalah membuat lubang biopori. Biopori dibuat dengan membuat lubang pada tanah atau konblok berkedalaman sekitar 1 meter dan berdiameter 10 cm. Lubang itu nantinya diisi dengan sampah-sampah organik yang akan menghasilkan berbagai macam mikroba. Mikroba itulah yang selanjutnya membuat lubang-lubang kecil lain ke dalam tanah sebagai jalan resapan air.

Suyana mengatakan, untuk mendukung hal itu, pihaknya telah mendistribusikan kepada setiap kelurahan di Yogyakarta masing-masing 20 unit alat bor tangan.

"Masyarakat yang berminat membuat lubang biopori di lingkungannya bisa meminjam di kelurahan masing-masing. Satu warga diimbau membuat dua lubang biopori," katanya.

Di Sleman, upaya menggencarkan biopori juga dilakukan. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Sleman Epiphana mengatakan, wilayah Kecamatan Depok, Ngaglik, dan Mlati, menjadi sasaran utama. Pasalnya, ketiga kecamatan itu paling rawan ketersediaan air tanahnya karena berbatasan dengan kota.

Rencananya, sebelum akhir bulan ini, Kantor Lingkungan Hidup Sleman akan membuat 100 lubang resapan biopori di masing-masing kecamatan tersebut. Penyuluhan pada masyarakat juga dilakukan. (ENG/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com