Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembalak Tewas Diterkam Harimau

Kompas.com - 23/03/2010, 08:41 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Diduga mengganggu habitat harimau sumatera di kawasan Taman Nasional Berbak, seorang pembalak bernama Darmilus (25) tewas diterkam harimau, Minggu (21/3/2010) pukul 23.30. Korban diterkam di depan pondokannya yang dibangun di dalam taman nasional itu.

Pelaksana Tugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi Didy Wurjanto, kemarin, mengatakan, sekelompok warga yang berjumlah tujuh orang masuk dan membangun pondokan kecil di kawasan Taman Nasional Berbak (TNB) tanpa izin.

"Tengah malam itu, saat Darmilus beristirahat di depan pondokannya, ia diserang harimau. Selain menerkam, harimau juga menyeret tubuhnya menjauh dari pondokan," kata Didy.

Pembalak lainnya langsung berlarian setelah mengetahui teman mereka diterkam harimau. "Tubuh Darmilus ditemukan warga Desa Seponjen, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, yang berdekatan dengan TNB, kemarin pagi. Tubuhnya tercabik-cabik dan kepalanya hancur," ungkap Didy.

Kasus manusia diterkam harimau di TNB merupakan yang kedua kalinya dalam bulan ini. Pada 10 Maret lalu, seorang warga juga diterkam harimau, tetapi nyawanya dapat diselamatkan. Ia kemudian dirawat di Rumah Sakit Asia Medika, Jambi.

Menurut Didy, konflik manusia dan satwa akan meningkat ketika manusia mulai mengganggu habitat satwa.

TNB merupakan salah satu habitat harimau sumatera di Jambi. Hasil kamera sembunyi yang dipasang lembaga konservasi satwa Zoological Society of London di sana menunjukkan, ada delapan harimau sumatera di sebagian wilayah TNB. Perekaman saat ini masih dilakukan pada sebagian wilayah lain sehingga dimungkinkan jumlah harimau yang terekam terus bertambah.

Pembukaan jalan

Pembukaan jalan yang membelah perbukitan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Kerinci juga telah merusak habitat empat harimau sumatera. Terganggunya ruang jelajah satwa tersebut membuat mereka kini berkeliaran di sekitar jalan yang dibangun.

Manajer Program Flora Fauna Internasional Kerinci Seblat Debby Martyr menduga, perbukitan yang telah dibelah menjadi jalan provinsi itu sebagai bagian dari ruang jelajah induk, pejantan, dan dua bayi harimau yang masih berusia tujuh bulan.

Kawasan yang dibuka menjadi jalan tersebut, ungkap Debby, sebelumnya adalah hutan lindung yang berganti status sebagai hutan produksi terbatas. Pembukaan jalan dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi didasari kebutuhan masyarakat untuk memperoleh akses baru yang aman dari Kabupaten Kerinci menuju Kota Jambi.

Longsor

Selama ini, pada jalan yang telah ada terjadi longsor beberapa kali yang tak jarang menimbulkan korban jiwa.

Jalan yang dibangun dengan cara membelah perbukitan itu panjangnya sekitar 14 kilometer. Pembangunan jalan tersebut mendapat dukungan dari masyarakat. Namun, baru diketahui belakangan ini bahwa kawasan tersebut merupakan habitat harimau sumatera. "Ruang jelajahnya sudah berubah menjadi jalan yang dilewati kendaraan," ujar Debby.

Ia menambahkan, ancaman yang dialami dapat membuat keluarga harimau melukai manusia sebagai bentuk pertahanan diri.  (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com