Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunikasi Krisis Tentukan Keberhasilan

Kompas.com - 10/03/2010, 07:36 WIB

ATLANTA, KOMPAS.com - Komunikasi krisis di bidang kesehatan kian penting mengingat mulai bermunculannya berbagai penyakit infeksi yang berpotensi menjadi bencana besar, seperti flu burung, sindrom pernapasan akut parah atau SARS, dan influenza A-H1N1. Komunikasi krisis yang baik di bidang kesehatan ikut menentukan keberhasilan pengendalian masalah, termasuk menahan laju penyebaran penyakit tersebut.

Hal itu dikemukakan pakar komunikasi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika, Barbara Reynold, dalam Crisis and Emergency Risk Communication (CERC) Training, seperti dilaporkan wartawan Kompas Indira Permanasari dari Atlanta, Amerika Serikat, Selasa (9/3).

Reynold mengatakan, komunikasi krisis dan risiko dalam kedaruratan terutama penting ketika menghadapi kasus penyakit yang dapat menyebabkan kematian, mudah ditularkan, dan belum pernah ada sebelumnya. Dalam beberapa kajian, misalnya, kasus influenza A-H1N1 dan flu burung (H5N1), dengan strategi komunikasi krisis yang baik kepada publik, setidaknya tidak terjadi ledakan besar kasus dalam waktu cepat.

”Dengan komunikasi krisis yang baik, tetap terjadi peningkatan kasus, tetapi dengan kurva lebih landai dan kemudian perlahan turun jumlah kasusnya. Jika tidak ada komunikasi publik yang baik, kasus cenderung meningkat tajam dengan cepat di tempat tersebut dan kemudian baru turun setelah adanya penanganan. Namun, korban besar telanjur terjadi,” ujarnya.

Dia mengatakan, permasalahan kesehatan langsung menyentuh kehidupan masyarakat sehingga begitu muncul suatu penyakit, apalagi infeksi baru, masyarakat membutuhkan informasi-informasi terkait bahaya yang mengancam. Selain itu, juga langkah-langkah yang bisa dilakukan agar bencana itu tidak menimpa mereka serta cara merawat diri.

Tanggung jawab dalam mengomunikasikan kepada publik mengenai krisis tersebut, terutama di tangan pemerintah dan organisasi terkait yang berkepentingan. Reynold mengatakan, pemimpin di berbagai level perlu memberikan informasi jujur dengan empati mengenai situasi yang ada dengan cepat kepada publik. Informasi juga harus terus diperbarui.

”Ketidakjujuran dalam memberikan penjelasan malah menjadi bumerang dalam jangka panjang karena masyarakat akan kehilangan kepercayaan,” ujarnya.

Lebih berbahaya lagi, lanjut Reynold, masyarakat kemudian tidak mau mengikuti berbagai rekomendasi kesehatan yang diberikan sehingga pengendalian semakin sulit dilakukan.

”Masyarakat dapat melihat apakah pemimpin yang mengomunikasikan krisis dengan jujur atau tidak,” ujar Reynold.

Kegagalan dalam mengomunikasikan krisis dapat terjadi karena begitu banyaknya komentar dari sejumlah ahli sehingga akhirnya malah membingungkan masyarakat.

Secara terpisah, konsultan Komunikasi Risiko Organisasi Kesehatan Dunia, Jodi Lanard, mengatakan, terdapat berbagai dilema dalam mengomunikasikan situasi krisis dengan jujur kepada publik. Hal itu kerap terjadi karena adanya berbagai kepentingan. Namun, kepentingan masyarakat untuk mendapatkan informasi jujur di tengah buruknya krisis dan ketidakpastian tidak dapat diabaikan.

”Cara menenangkan masyarakat bukannya mengatakan bahwa semua terkendali pada hari pertama, itu tentu sulit dipercaya. Lebih baik berkata jujur tentang situasi yang terjadi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com