BOGOR, KOMPAS.com- Warga "Nahdliyyin" di Kota Bogor berharap akan munculnya Gus Dur - Gus Dur baru, kendati diyakini sulit mencari tandingan atau pengganti sosok mantan Presiden RI ke empat itu.
Pengasuh Pondok Pesantren Ibnu Aqil, Laladon, Ciomas, Bogor, KH Agus Salim Mawardi, di Bogor, Sabtu (2/1/2010), mengatakan, ada banyak santri dan ulama muda dari nahdliyyin (sebutan bagi warga NU) yang memiliki ilmu agama tinggi serta kepemimpinan yang bagus, sehingga nantinya diharapkan ada yang bisa menggantikan sosok Gus Dur.
"Bersama Bung Karno, Gus Dur merupakan putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Keduanya merupakan tokoh besar yang lahir dan besar di zamannya. Karena itu sangat sulit mencari penggantinya," tegas Agus Salim Mawardi yang juga wakil ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat.
Ia mengatakan, kendati sulit mencari pengganti Gus Dur, dirinya berharap dari rahim NU akan lahir banyak sosok baru yang akan melanjutkan cita-cita besar perjuangan Gus Dur dalam konteks hari ini dan ke depan.
"Saya kira akan banyak sosok baru yang melanjutkan perjuangan Gus Dur. Kapasitasnya mungkin tidak sebaik Gus Dur yang memiliki talenta, keunggulan dan kepedulian di banyak bidang. Namun dengan banyaknya sosok yang muncul, ruang-ruang yang ditinggalkannya akan terisi kader-kader baru," katanya.
Ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB), Nailul Abrar, mengemukakan, semasa hidup Gus Dur telah membuka cakrawala pemikiran generasi muda NU. Gus Dur ibarat jendela yang membawa generasi muda NU pada pemikiran yang bersifat moderen dan progresif.
"Kami mencintai dan mengagumi Gus Dur bukan karena faktor kultus individu, seperti yang kerap dituduhkan segelintir orang, namun lebih sebagai penghormatan terhadap jasa besarnya dalam melakukan reformasi di tubuh NU," katanya.
Nailul menambahkan, Gus Dur mendidik generasi muda NU untuk berinteraksi dengan dunia moderen dan masyarakat internasional bukan dengan melepaskan sandal bakiak atau sarung sebagai simbol budaya NU maupun dengan meninggalkan tradisi-tradisi kultural NU, namun dengan cara berpikir lebih moderen, humanis, bersikap toleran serta berwawasan terbuka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.