Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitektur yang Baik bagi Jakarta?

Kompas.com - 06/12/2009, 03:13 WIB

David Hutama

Hari Minggu (22/11) malam diumumkan siapa saja yang berhak menerima penghargaan utama IAI Jakarta Award 2009.

Pengumuman dan pemberian penghargaan di Ballroom Hotel Kempinski Grand Indonesia ini bersamaan dengan acara Musyawarah Daerah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta dan sekaligus menutup Jakarta Architecture Triennale (JAT) 2009.

Penghargaan IAI Jakarta Award diberikan tiap tiga tahun sekali bagi karya arsitektur terbangun dan terpakai yang dianggap mampu memberi kontribusi pada perkembangan arsitektur di DKI Jakarta yang dirancang arsitek anggota IAI.

Pada IAI Jakarta Award 2009, tim juri yang terdiri dari Adi Purnomo, Bambang Eryudhawan, Goenawan Moehammad, Kevin Low (Malaysia), dan Michel Rojkind (Meksiko) sepakat menggunakan dua kriteria utama dan tiga kriteria dasar dalam proses penentuan karya yang layak diberikan penghargaan ini.

Dua kriteria utama adalah kontribusi arsitektur kepada publik, baik secara sosial maupun budaya, serta orisinalitas ide dan arsitektur yang dianggap dapat memberi sikap terhadap bagaimana arsitektur Jakarta menyikapi masa depan.

Tiga kriteria lain yang disebut kriteria dasar adalah hal-hal yang seharusnya teraplikasikan dan terencana dengan baik dalam arsitektur, yaitu orisinalitas, kepekaan pada iklim, dan kontekstualitas.

Setelah mengalami tiga tahap penjurian, yaitu tahap 20 besar, tahap 10 besar, dan tahap kunjungan langsung ke-10 karya terpilih tersebut, tim juri menetapkan hanya dua karya yang layak mendapat penghargaan utama dan satu karya untuk penghargaan khusus dari 36 karya yang masuk.

Selain tiga karya itu, tim juri juga menetapkan tiga karya lain untuk mendapatkan penghargaan pujian. Penghargaan ini diberikan bukan karena karya arsitekturnya, tetapi karena beberapa aspek di dalamnya yang patut diperhatikan dan diapresiasi dengan baik oleh komunitas arsitektur dan masyarakat.

Penghargaan pujian

Tiga karya arsitektur yang menerima penghargaan pujian adalah Rumah Bondowoso karya Gregorius Supie Yolodie dan Maria R, Gedung Departemen Perdagangan karya Budiman Hendropurnomo, serta Bea House karya Anthony Liu dan Ferry Ridwan.

Rumah Bondowoso yang terletak di kawasan konservasi Menteng, Jakarta Pusat, dianggap mampu menjadi contoh dalam melaksanakan proyek yang bersinggungan dengan bangunan konservasi. Adanya halaman tengah yang menghubungkan ruang-ruang pada bangunan tambahan dan bangunan konservasi di lantai dasar memberi pengalaman peralihan dan kesinambungan ruang yang baik.

Bea House adalah karya arsitektur dengan pengolahan dan pekerjaan detail yang sangat baik dan rapi. Adapun Gedung Departemen Perdagangan di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, juga dipilih karena diharapkan mampu memperlihatkan kepada pemerintah bahwa kantor yang dirancang baik mampu memberi citra lebih menarik dan terbuka kepada masyarakat.

Han Awal, salah satu arsitek paling senior di Indonesia, menerima penghargaan khusus lewat proyek renovasi Gedung Bank Indonesia. Bangunan peninggalan kolonial yang memang pada dasarnya sudah indah ini terletak di seberang Stasiun Kota, Beos, kawasan kota lama Jakarta.

Han Awal bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur melakukan pendataan dan pendokumentasian yang teliti dalam proses renovasi bangunan ini. Kompleksitas pekerjaan renovasi dalam arsitektur memang cukup tinggi, apalagi ditambah nilai kesejarahan yang harus dijaga, menjadikan proyek tersebut layak mendapat apresiasi tinggi.

Penghargaan utama

Sekolah Shinning Star karya Wendy Juhara dan Rumah Furniture karya Sukendro dan Jeffry Sandy menerima Penghargaan Utama IAI Jakarta Award 2009.

Karya arsitektur Rumah Furniture memperlihatkan kepekaan dan kecerdasan menghasilkan program rumah tinggal yang efisien dalam luas tanah relatif tidak besar.

Karya sekolah Shinning Star di kawasan Bintaro pada dasarnya adalah proyek renovasi. Perencanaan dan perancangan arsitektur yang teliti membuat bangunan sekolah ini seperti bukan berasal dari dua bangunan yang tadinya terpisah. Ruang-ruang didalamnya pun menarik karena adanya upaya sang arsitek untuk bereksperimen dengan detail dan material dalam menjaga skala dan programnya. Tiap orang yang mengalami dan masuk ke sekolah ini bisa merasakan bahwa ruang-ruang dalam sekolah ini peka dengan pergerakan dan kebutuhan anak-anak yang memang aktif bergerak di dalamnya.

Pemberian penghargaan ini tentu tidak akan memuaskan semua pihak dan sudah sewajarnya atau bahkan sebaiknya demikian. Justru dengan adanya penghargaan ini diharapkan semakin banyak orang mulai memikirkan, memperdebatkan, dan memperbincangkan arsitektur. Alangkah baiknya jika tiap orang mulai bertanya, ”Apakah arsitektur yang baik bagi Jakarta?”

Dalam sebuah forum di dunia maya, Yandi, pengajar di Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, memperlihatkan upayanya dan timnya dalam memperbaiki sebuah perpustakaan sekolah yang rusak dengan pendekatan partisipatif (http://www.arsitektur.net/perpustakaan).

Apakah upaya perencanaan dan perancangan arsitektur yang langsung ke masyarakat seperti ini juga dapat mendapatkan apresiasi yang setara seperti karya-karya tadi?

Pada titik inilah, penghargaan menjalankan fungsinya sebagai titik reflektif yang introspektif dan juga maju ke depan. IAI Jakarta Award 2009 dan JAT 2009 hanyalah awal yang tidak luput dari kekurangan. Harapannya tentu kekurangan ini menjadi pemicu pembicaraan, diskusi, kritik, dan debat tentang arsitektur yang lebih luas dan terjangkau ke masyarakat.

David Hutama Panitia Pengarah IAI Jakarta Award 2009 dan Pengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan, Tangerang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com