Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanggilan oleh Polri Dicurigai untuk Alihkan Perhatian

Kompas.com - 20/11/2009, 19:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pers, Leo Batubara, menilai bukan tidak mungkin pemanggilan sejumlah media massa oleh Polri bertujuan memecah konsentrasi dan perhatian masyarakat terkait isu rekomendasi Tim Delapan dan kasus Bank Century, yang belakangan terus mendapat perhatian kuat dari masyarakat.

Selain itu, pemanggilan yang dilakukan Polri juga menunjukkan ada ketidaksinkronan di internal kepolisian. Penilaian itu disampaikan Leo saat dihubungi, Jumat (20/11), menanggapi pemanggilan terhadap harian Kompas dan Seputar Indonesia untuk menindaklanjuti laporan Anggodo Widjojo.

Leo berpendapat, keruwetan yang bermunculan sekarang sebetulnya tidak perlu terjadi jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa bergerak dan bersikap cepat menindaklanjuti hasil rekomendasi Tim Delapan kemarin.

"Bagaimana bisa ada perbedaan pendapat di dalam tubuh Polri seperti ini? Ada apa? Mungkin bagian Humas Mabes Polri paham bagaimana mereka tidak bisa mengkriminalkan pemberitaan media massa, sementara Bareskrim cara berpikirnya berbeda," ujar Leo.

Selain itu, Leo juga melihat ada kemungkinan polisi atau bahkan pemerintah ingin membuat media massa merasa gentar dengan menerapkan cara-cara lama seperti yang dilakukan di masa Orde Baru, yaitu dengan memanggil para pemimpin media massa akibat suatu pemberitaan. "Bukan tidak mungkin praktik-praktik lama seperti itu dilakukan lagi. Media massa ditakut-takuti, dipanggil untuk diperiksa, sehingga mereka untuk sementara 'tiarap' dahulu. Kalau benar sampai seperti itu, tentunya sangat mengkhawatirkan," ujar Leo.

Leo meminta Presiden Yudhoyono memahami peran media massa dan pers sebagai kekuatan atau pilar keempat demokrasi. Peran pers sekaligus juga sebagai pengawas dan pemberi peringatan terhadap penyelewengan dan penyalahgunaan yang terjadi dan dilakukan tiga pilar demokrasi lainnya, eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Dalam kesempatan terpisah, Neta S Pane dari Indonesian Police Watch mengingatkan Polri agar tidak menjadikan media massa dan pers sebagai kriminal atau mengkriminalkannya. Menurut Neta, Polri justru seharusnya merangkul media massa untuk dijadikan sebagai mitra kerja dalam upaya perbaikan penegakan hukum di Tanah Air, yang juga berarti perbaikan terhadap citra Polri di mata masyarakat yang selama ini sudah semakin terpuruk.

"Jangan sampai ada pembusukan di internal kepolisian sendiri, yang kemudian malah berupaya memusuhi pers di tengah keterpurukan citra Polri sekarang ini," ujar Neta.

Sikap menyesalkan langkah yang diambil kepolisian tersebut juga disampaikan Ahmad Faisol dari Institut Studi Arus Informasi (ISAI). Menurut Faisol, pihaknya melihat ada upaya atau niat mengintimidasi media massa yang dilakukan polisi dalam peristiwa pemanggilan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

Nasional
Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Nasional
Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Nasional
Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Nasional
Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com