Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omah Kendeng dan Silang Budaya Kaum Samin

Kompas.com - 28/10/2009, 12:31 WIB

Oleh Munawir Aziz

Warga Samin memberi pesan kedamaian lewat perayaan seni dan dialog kebudayaan. Agenda yang diselenggarakan Omah Kendeng di Baturejo, Sukolilo, Pati, pada 2 Oktober 2009, mendedahkan makna untuk merajut kembali solidaritas kemanusiaan. Nilai-nilai humanisme bangsa ini yang telah tercabik oleh teror, transaksi kepemimpinan, relasi material elite politik dan "dagang sapi" di pelbagai titik kepentingan. Wajah kemanusiaan dan simbol integrasi warga di negeri ini terus dipertanyakan ulang oleh guncangan peristiwa tragis. Bencana jadi tanda dan tanya untuk keberlangsungan kehidupan warga Indonesia.

Kondisi tragis yang berserakan inilah yang menjadi lambaran ide bagi komunitas Samin untuk menggelar agenda silaturahmi multikultur. Acara pertemuan ratusan warga dari berbagai komunitas, agama, etnis, dan tradisi ini membawa pesan untuk terus menggalang solidaritas dalam bingkai kemanusiaan.

Agenda ini diwarnai petikan syair Sampak Gus Uran dan Anis Soleh Ba'asyin, sajak Sosiawan Leak, suluk Ki Dalang Slamet Gundono, dan orasi peneliti Desantara serta beberapa tokoh seni lain. Beberapa seniman bergantian memberikan sentuhan lewat pesan kedamaian, menyajikan puisi, melontarkan kritik sosial, dan menampar krisis lewat humor. Ya, kritik terhadap sengkarut wajah kemanusiaan dan gugatan kepada otoritarianisme disampaikan lewat "dagelan" yang segar dan jenaka.

Agenda ini menjadi arus pertemuan gelisah dan pertanyaan yang terus menghantui komunitas Samin dan warga Sukolilo. Kegelisahan muncul dari ancaman kerusakan lingkungan di Sukolilo dan sekitar. Pegunungan Kendeng sebagai lumbung air, habitat flora-fauna, dan titik aktivitas pertanian warga menjadi incaran pembangunan industri. Bahkan, selama ini, pegunungan Kendeng dianggap sebagai simbol titik kekuatan, keberlangsungan tradisi dan oase kehidupan bagi warga Sukolilo. Warga Samin menganggap pegunungan Kendeng sebagai tanda bagi keberlangsungan tradisi pertanian yang jadi simpul kemandirian pangan. Pesan dari sesepuh kaum Samin tentang kearifan ekologis terus dipertahankan sebagai visi dan landasan aktivitas.

Pertemuan pelbagai komunitas yang diprakarsai komunitas Samin menjadi titik dialog dan oase untuk mengaktualkan kearifan ekologis, nilai humanis, dan pesan kedamaian.

Kearifan ruang

Pertemuan pelbagai arus kultur penting untuk terus mengampanyekan solidaritas kemanusiaan dan kebangsaan yang tergerus materialisme. Logika material mengancam visi ideal di pelbagai lini kehidupan. Kepentingan komunal dibayangi transaksi egoisme individual untuk meraup kenikmatan jangka pendek. Hajat hidup masyarakat luas digadaikan untuk menyuplai kehausan segelintir elite. Kondisi tragis inilah yang ingin digugat oleh agenda kebudayaan yang diprakarsai komunitas Samin.

Warga Samin dapat hidup berdampingan secara damai di tengah masyarakat multikultur. Biografi masyarakat Sukolilo ditopang oleh kedamaian hidup pelbagai arus budaya, keyakinan, dan hasrat politik. Keragaman tradisi dan agama bukan halangan untuk menyajikan kehidupan damai dan memberi pesan etik lintas generasi.

Agenda silaturahmi budaya sebagai arus pertemuan bermacam tradisi diselenggarakan di ruang bersama yang dinamai "Omah Kendeng". Ruang ini berupa bangunan yang didirikan dengan solidaritas, pesan moral, dan kearifan ekologis. Omah Kendeng yang menancap di lereng pegunungan Kendeng serupa joglo rumah adat Jawa yang dirancang tak berpintu. Konstruksi Omah Kendeng tak menggunakan semen sebagai lapisan perekat, namun memakai teknologi tradisional perekat bangunan dari bahan alami. Teknologi perekat alami ini juga dipakai di beberapa situs kuno, semisal Menara Kudus, beberapa candi, dan bangunan lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com