Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Keramik dan Naskah Kuno Minang Musnah

Kompas.com - 16/10/2009, 20:06 WIB

PADANG, KOMPAS.com -  Sebanyak 305 buah keramik kuno koleksi Museum Adityawarman, Padang, Sumatera Barat, hancur akibat gempa bumi 30 September lalu di Sumbar. Kemusnahan juga terjadi pada ratusan naskah kuno adat M inangkabau yang tersimpan di Perpustakaan Daerah Sumbar.

Kepala Museum Aditiyawarman Padang, Usria Dhavida, Jumat (16/10), mengungkapkan, keramik-keramik kuno yang hancur sebagian besar peninggalan Dinasti Song (960-1279), Ming (1369-1644),dan Ching (1644-1911). Ada pula keramik buatan Eropa zaman kolonialisme Belanda dan keramik asal Jepang yang dibuat saat masa Pendudukan Jepang.

Kerusakan pada koleksi-koleksi ini sungguh kerugian besar, bukan hanya bagi museum, tapi juga bagi masyarakat. Nilai sejarah keramik-keramik itu tak ternilai secara materi karena begitu hancur tak mungkin tergantikan, ujar Usria.

Saat gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter mengguncang Sumbar, 305 keramik tersebut sebagian besar tersimpan di fitrin atau rak di dalam gudang penyimpanan. Akibat guncangan gempa, rak-rak tersebut tumbang ke lantai dan mengempaskan ratusan keramik kuno tersebut hingga pecah berantakan.

Sebagian puing-puing tersebut masih terlihat di lantai gudang pada Jumat kemarin. Sebagian lainnya telah dimasukkan ke dalam sejumlah kardus oleh petugas museum.

Hancurnya 305 keramik tersebut berarti 50 persen lebih koleksi keramik yang tersimpan di Museum Aditiyawarman telah musnah. Sebagian besar kerami k yang masih tersimpan di museum adalah gerabah dan tembikar kuno khas Minangkabau yang dibuat awal abad ke-20 dan abad ke-19.

Tim dari Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Pendidikan (UNESCO) telah meninjau kerusakan benda-benda bersejarah di Museum tersebut. Tim itu menjanjikan akan mendatangkan tim ahli untuk merestorasi keramik-keramik kuno yang hancur.

Tim tersebut bilang keramik yang rusak itu masuk bisa direstorasi. Mereka janji akan membawa tim ahli ke sini, kata Usria.

Bencana gempa juga telah memusnahkan hampir semua koleksi Perpustakaan Daerah Sumbar di Padang. Dari 565.000 koleksi buku dan bermacam jenis terbitan, kurang dari 10 persen yang terselamatkan, sisanya telah hancur bersama runtuhnya gedung perpustakaan tersebut.

Yang paling menyedihkan, dari ratusan ribu koleksi yang musnah itu, ratusan di antaranya adalah naskah kuno adat budaya Minangkabau . Naskah-naskah tersebut merupakan terbitan asli dan tak ada duanya saat ini. Di antara naskah-naskah kuno yang hilang tersebut adalah naskah tentang tuntunan upacara dan norma adat Minang, buku deposit Minangkabau, serta Al Qur an tulisan tangan yang dibuat sekitar 300 tahun silam.

Hingga dua minggu lebih upaya pengumpulan kembali koleksi-koleksi Perpusda Sumbar, baru satu naskah kuno yang ditemukan, yakni manuskrip petitah-petitih atau budaya tutur khas Minangkabau.

Naskah-naskah kuno tersebut selama ini menjadi koleksi referensi yang menjadi rujukan bagi budaya adat minangkabau. Ini jelas kehilangan besar, kata Koordinator Pencarian Koleksi dan Arsip Perpusda Sumbar, Yuli Masrin.

Bangunan Perpusda Sumbar merupakan salah satu gedung yang mengalami kerusakan terparah akibat gempa 30 September lalu. Kini bangunan tersebut rata dengan tanah.

Rusaknya koleksi -koleksi perpustaan tersebut selain disebabkan tertimbun material bangunan juga akibat aktivitas evakuasi empat jenazah yang diduga tertimbun di reruntuhan bangunan perpustakaan. Hingga sepekan lebih pencarian, empat jenazah tersebut tak pernah ditemuk an. Aktivitas pencarian jenazah pun menggilas ribuan koleksi di perpustakaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com