Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Menghentikan Kebocoran Minyak Laut Timor Masih Gagal

Kompas.com - 15/10/2009, 10:12 WIB

KUPANG, KOMPAS.com - Upaya kedua yang dilakukan operator ladang Gas Montara, PTTEP Australasia untuk menghentikan kebocoran minyak di Laut Timor, masih juga gagal karena pengeboran harus melewati formasi batu karang yang sangat keras dan dalam.

Demikian dikemukakan Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni kepada pers di Kupang, Kamis (15/10), setelah menerima laporan dari jaringan YPTB yang bermarkas di Canberra, Australia dengan mengutip laporan dari Jose Martins, seorang pejabat dari PTTEP Australasia.

Ladang gas Montara yang digarap perusahaan milik mantan Perdana Menteri Thailand Thakshin Shinawatra yang dikudeta militer negara itu dua tahun lalu, meledak pada 21 Agustus 2009 sehingga memuntahkan sekitar 500.000 liter atau sekitar 1.200 barel minyak mentah (crude oil) setiap hari ke Laut Timor.

Upaya penyumbatan atas kebocoran minyak mentah itu sudah pernah dilakukan pekan lalu, namun masih juga gagal sehingga dilakukan upaya kedua. Namun, upaya kedua yang dilakukan pada 13 September lalu, juga masih tetap gagal.

Jose Martins dalam laporannya sebagaimana dikutip jaringan YPTB di Canberra, mengatakan upaya kedua untuk menyumbat kebocoran pada kepala sumur Montara, telah ditunda karena pengeboran harus melewati formasi batu karang yang sangat keras dan dalam.

"Situasi ini telah mengakibatkan lambatnya upaya penyumbatan dimaksud," katanya seperti dikutip Tanoni melalui jaringan YPTB di Canberra.

Upaya penyumbatan dimaksud antara lain dengan melakukan pengeboran menyamping dari sisi sumur melewati formasi batu karang yang sangat keras, sehingga terasa sulit dan lambat yang berakibat pada makin frustrasinya banyak orang.

Sebuah tim yang berada di atas West Triton, kata Tanoni mengutip laporan jaringan YPTB dari Canberra, sedang melakukan pengeboran yang mengarah ke sumur minyak yang sedang bocor itu untuk mencapai sasaran diameter 25 cm pada casing baja di bawah dasar laut sedalam sekitar 2,6 km.

Setelah upaya itu tercapai, mereka berencana memompa lumpur ke dalamnya untuk membendung aliran minyak, gas dan kondensat yang menyembur ke Laut Timor.

PTTEP Australasia dalam laporannya mengatakan bahwa metode yang digunakan ini tidak pernah gagal dalam operasi serupa di seluruh dunia dan berkeyakinan usaha ini akan berhasil.

"Jika upaya yang dilakukan itu sampai akhirnya berhasil, maka sumur yang bocor tersebut akan dipertimbangkan untuk ditutup," katanya.

Tanoni menambahkan, para konservasionis di Australia telah mengkritisi pemerintah Federal Australia atas buruknya penanganan tumpahan minyak yang dilakukan, dan mengingatkan bahwa lokasi tumpahan minyak tersebut merupakan rumah bagi sejumlah besar spesies yang terancam punah.

Juru bicara Oposisi Pemerintah Federal Australia Greg Hunt mengatakan, tanpa sebuah upaya yang sungguh-sungguh dari Pemerintah Australia, tumpahan minyak ini sangat berpotensi untuk menjadi yang terburuk dalam sejarah Australia.

Sebelumnya, pemerintah federal mengklaim bahwa tumpahan minyak mentah di Laut Timor itu adalah sebuah masalah kecil dan mudah dikendalikan, namun hingga kini belum berhasil juga diatasi.

Sementara itu, kata Tanoni mengutip laporan dari jaringannya di Canberra, WWF Australia yang mengoperasikan sebuah kapal di pantai timur Australia melaporkan bahwa tumpahan minyak itu sudah mencapai sekitar 15.000 km2.

Dalam hubungan itu, Tanoni yang juga mantan agen imigrasi Kedubes Australia mengharapkan Jakarta dan Canberra membentuk sebuah komisi independen untuk menyelidiki musibah yang terjadi di Laut Timor saat ini.

"Komisi independen ini sangat penting dan mendesak untuk dibentuk guna menyelidiki kasus meledaknya ladang gas Montara serta seluruh implikasinya terhadap kehidupan binatang di laut dan terumbu karang," kata penulis buku Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com