Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Gempa Tak Sistematis

Kompas.com - 12/10/2009, 05:35 WIB

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Jawa Barat Deny Juanda mengatakan, kendala di lapangan adalah ketiadaan panduan atau pengetahuan memadai mengenai penanganan bencana. Pertimbangan kemanusiaan untuk menolong korbanlah yang menggerakkan pelaksana di lapangan. ”Tak ada prosedur operasional standar yang mengatur tentang apa-apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi atau tahapan-tahapan yang mesti dilewati,” katanya.

Bupati Cianjur, Jawa Barat, Tjetjep Muchtar Soleh juga mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan manajemen bencana secara formal. Padahal, wilayah Cianjur termasuk rawan bencana dan saat gempa September lalu sebanyak 53 warganya tewas dan 15 orang tertimbun longsor. ”Pelatihan manajemen bencana sangat penting, apalagi untuk daerah-daerah rawan bencana,” ujarnya.

Sampai kabupaten

Menanggapi lambannya distribusi bantuan untuk korban gempa, Gubernur Gamawan Fauzi mengatakan, tanggung jawab pemerintah provinsi selesai setelah bantuan terdistribusi ke satuan koordinasi pelaksana penanggulangan bencana kabupaten/kota. ”Setelah itu, distribusi ke kecamatan atau ke titik bencana jadi tanggung jawab pemerintah kabupaten atau kota,” kata Gamawan.

Pola distribusi seperti ini merepotkan aparat kabupaten/kota yang daerahnya tertimpa bencana. Tidak sedikit keluarga aparat pemerintah yang jadi korban. Di daerah bencana, infrastruktur juga banyak yang rusak. ”Kendala utama distribusi bantuan ialah hujan dan komunikasi yang tidak lancar,” kata Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim.

Selebihnya, dia menilai, distribusi bantuan beres. Di lapangan masih ada pihak yang kesulitan mendapatkan bantuan.

Camat Lima Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Joni Firmansyah, mengatakan kesulitan mendapatkan dana untuk menjemput logistik ke gudang di kantor bupati karena jarak dari kantor camat ke kantor bupati mencapai 25 kilometer. Akibatnya, distribusi bantuan ke masyarakat korban pun tersendat.

Untuk evakuasi korban dan distribusi bantuan, TNI Angkatan Darat sebenarnya sudah menyediakan helikopter sehari setelah terjadi gempa. Namun, helikopter tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah.

”Kami baru ditugaskan mengangkut logistik hari Senin. Itu pun bantuan dari TNI,” kata Komandan Detasemen Penerbang Angkatan Darat Letnan Kolonel (CPN) Eddy Purwanto.

Direktur Logistik Badan Nasional Penanggulangan Bencana Mulatno mengatakan tidak tahu mengapa pemerintah daerah tidak optimal menggunakan helikopter untuk mendistribusikan bantuan ke wilayah terisolasi sehingga banyak warga terlambat menerima bantuan. (BIL/NAL/ART/MAR/AHA/REK/ELD/ADH/GSA/THY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com