Dalam upayanya menyelamatkan diri di tengah balok yang sedang runtuh itu, dia terpeleset. Tapi, akibat kejadian itu, dia justru terhindar dari balok yang hampir mengenai kepalanya.
"Jika dipikirkan sekarang, rasanya tidak akan sanggup, tapi saya ingat anak saya tiga orang di rumah," katanya sambil menitikkan air matanya.
Perempuan kulit putih berjilbab itu terus berusaha menembus balok kayu dan reruntuhan dinding hotel itu. Tiba-tiba, katanya, tangan saya ditarik seorang ibu peserta dari belakang untuk menolong melepaskan kakinya dari timpaan balok kayu.
"Saya berusaha memanggil seorang peserta berbaju merah, bapak-bapak, untuk menolong ibu itu tapi dia tidak mengacuhkannya," katanya. Dia mengaku tidak mengenal perempuan yang menarik kakinya tersebut.
Kaki perempuan itu akhirnya bisa keluar, namun dia tidak tahu lagi nasib orang yang minta tolong tersebut.
Selanjutnya Des terus berjalan mencari jalan untuk ke luar hingga akhirnya bertemu seseorang yang menunjukkan sebuah jendela untuk ke luar dari hotel naas itu. "Ayo sini, jalan ke luarnya ada di sini," katanya menirukan perkataan laki-laki itu.
Des selanjutnya mengikuti laki-laki itu dan dengan dibantu teman lainnya berhasil memanjat jendela dan keluar dari hotel itu. "Rasanya seperti mukzizat Allah saja, kejadian itu begitu cepat dan hingga kini saya tidak terlalu persis mengingatnya," katanya.
Des mengatakan, dirinya akan terus menunggu informasi terkait keberadaan teman-temannya di dalam gedung tersebut. "Saya ingin tahu soal Aswad, karena dia sahabat saya, anaknya baik," kata Des sambil berlinang air mata.
Sebelumnya, di Hotel Ambacang yang kini rata dengan tanah itu, pada Rabu (30/9) dilaksanakan dua seminar oleh instansi DKP dan Asuransi. Seminar DKP tersebut dilaksanakan di lantai II hotel dengan jumlah peserta sebanyak 35 orang.
Ketika gempa terjadi peserta seminar kalang kabut dan hanya 14 orang yang selamat. Selanjutnya delapan peserta dievakuasi dan ditemukan jadi mayat pada Rabu malam dan Kamis.