Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima SMS Misterius Lalu Meninggal

Kompas.com - 09/06/2009, 08:32 WIB

KEDIRI, KOMPAS.com - Arif Nurhuda, pelajar kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Utomo, Perak, Jombang, ditemukan tewas gantung diri di kebun pohon jati dekat rumahnya di Desa Klampitan, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, Minggu (7/6) sore. Anehnya, Arif nekat mengakhiri hidup setelah menerima SMS dari seseorang yang menceritakan aksi bunuh dirinya.

Siswa bertubuh jangkung ini sepertinya tak peduli kalau Senin (8/6) kemarin seharusnya dia menempuh ujian akhir semester (UAS) di sekolahnya. Padahal, di hari-hari terakhirnya, Arif sudah menyiapkan diri dengan belajar secara tekun.

Namun setelah mendapat SMS misterius yang diduga dari pacarnya, WT (inisial ini yang disimpan di HP Arif, Nokia tipe 3650), Arif yang dikenal tak banyak tingkah itu menjadi berubah.

Anak pertama dari pasangan Lamidi (43) dan Suwati (40) ini nekat gantung diri. Korban mengakiri hidupnya dengan cara menjerat lehernya dengan tali tampar yang digantung di sebuah cabang pohon jati. Di kebun dekat rumahnya ini, Arif yang mengenakan celana panjang hitam dan kaus abu-abu itu ditemukan bergelantung sudah tak bernyawa.

“Saya diberi tahu kalau anak saya ditemukan sudah meninggal di kebun,” ucap ibunda Arif, Suwati, saat ditemui di rumahnya. Suwati maupun Lamidi yang penjual ayam ini, tidak tahu penyebab kenekatan anaknya ini.

Suwati hanya menceritakan, Minggu (7/6) pukul 10.00 WIB itu Arif mengatakan ingin istirahat sebentar karena merasa tidak enak badan, karena Sabtu malamnya belajar hingga larut. Pukul 12.30 WIB, Arif bangun untuk menunaikan shalat Dhuhur. Usai salat, dia meraih ponselnya karena terdengar dua kali bunyi tanda SMS masuk.

Sekitar pukul 13.00 WIB, Arif meninggalkan rumah dengan membawa sepeda BMX. Beberapa jam kemudian ternyata Lamidi dan Suwati mendapat kabar dari para tetangganya bahwa Arif telah ditemukan meninggal karena gantung diri di areal kebun dekat rumahnya.

Adalah Ngadi (40) pemilik kebun, yang pertama kali melihat tubuh kaku bergelantungan dengan lidah menjulur keluar. Kaki korban berada di ketinggian setengah meter. Polisi mengamankan tali tampar biru dan pakaian korban.

Memendam Persoalan

Lamidi dan Suwati, menurutkan bahwa masih tidak percaya dengan kenekatan anak pertamanya dari dua bersaudara tersebut. Apalagi Lamidi dan Suwati mengetahui akhir-akhir ini Arif belajar cukup keras menghadapi ujian akhir semester yang mulai dilaksanakan Senin kemarin.

“Beberapa hari ini Arif sering belajar sampai larut. Makanya saya biarkan saja ketika dia tidur lagi pada Minggu pukul 10.00 WIB kemarin itu, karena malamnya capek belajar,” ucap Suwati.

Lamidi dan Suwati terlihat sangat terpukul atas meninggalnya Arif. Lamidi yang sehari-hari bekerja sebagai penjual ayam bersama istrinya itu mengaku harus bekerja keras demi keberhasilan sekolah Arif. Bahkan ia juga sudah melunasi semua tanggungan adiministrasi sekolah dan biaya ujian Arif. “Semua sudah kami lunasi. Yang penting, belajar yang baik,” tambah Lamidi.

Lamidi tidak tahu apa yang membuat anaknya tertekan kemudian bunuh diri. Saat disinggung soal SMS, Lamidi dan Suwati mengaku tidak paham soal SMS itu. Yang mereka tahu, Arif memang anak pendiam. Setiap kali ada persoalan hanya dipendam sendiri.

Soal pacar, Lamidi dan Suwati juga tidak mengetahui. “Yang saya tahu, Arif itu punya teman perempuan tapi tetangga sendiri yang masih SMP,” sahut Suwati sambil menyeka air matanya. Nama anak perempuan yang dimaksud itu juga bukan WT.  (k2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com