JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam arus globalisasi sekarang ini paham demokrasi Pancasila dinilai mulai digeser oleh paham liberalisme yang sedang berkembang. "Sistem politik sekarang diartikan sebagai kebebasan tanpa batas, jauh dari sistem Pancasila," kata Soeprapto, Ketua Umum Dewan Harian Nasional '45 dalam diskusi memperingati hari lahir Pancasila di Jakarta, Senin (1/6).
Soeprapto mengatakan, dalam situasi politik sekarang yang semakin memanas menjelang pilpres mendatang, konstelasi politik nasional semakin tidak jelas. Para elite politik hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompok. "Kalangan elite seharusnya melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan. Jangan hanya menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna," katanya.
Menurutnya, ada lima nilai yang menjadi modal dasar dan harus dilakukan pemimpin mendatang dalam melaksanakan pembangunan, yaitu Proklamasi, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. "Selama 10 tahun era reformasi, nilai-nilai tersebut banyak dilanggar," tegas dia.
Di era globalisasi saat ini, kata Soeprapto, yang harus diperhatikan adalah pemantapan jati diri bangsa dan pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis nilai Pancasila. "Perdamaian bukan perang, demokrasi bukan penindasan, dialog bukan konfrontasi, kerja sama bukan eksploitasi, keadilan bukan standar ganda," ucapnya.
Ia menambahkan, cara lain untuk menangkal segala bentuk liberalisme berupaya agar rakyat hanya menyerap nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
Penyimpangan nilai-nilai Pancasila juga diungkapkan oleh Jenderal Purnawirawan Tyasno Sudarto yang juga salah satu ketua Dewan Harian Nasional 1945. Menurutnya, demokrasi yang berkembang saat ini adalah demokrasi liberal yang mementingkan individu.
Tyasno mengatakan, demokrasi di tangan rakyat sekarang ini hanya diberikan selama empat jam ke rakyat. "Hak itu hanya diberikan saat pemilu pukul 08.00 sampai 12.00. Setelah itu rakyat ditinggalkan. Para elite politik sibuk memikirkan kepentingan partainya dengan koalisi sana sini," lontarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.