Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karpet dan Semen Ditarik, Asa dan Nyawa Taruhannya

Kompas.com - 14/04/2009, 07:27 WIB

KOMPAS.com - Inilah pemilu yang banyak menelan korban harta, asa, dan nyawa. Dan, yang amat memalukan, sejumlah politisi menginjak-injak harga diri sendiri karena bersikap tidak kesatria.

Ibu-ibu di kompleks Permukiman Kepala Air, Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Minggu (12/4) petang, marah-marah di salah satu gang kampung mereka. Mereka amat kecewa pada calon anggota legislatif yang ingin menarik kembali dua karpet pemberian caleg itu karena gagal terpilih.

Djohura Tianlean (56), ketua kelompok pengajian ibu-ibu Nurul Huda, menjelaskan, LS, caleg nomor urut 15 Daerah Pemilihan (Dapil) Sirimau untuk DPRD Kota Ambon, hendak menarik kembali karpet itu, padahal ibu-ibu pengajian tidak meminta diberi karpet. Saat kampanye, LS datang dan menawarkan bantuan karpet. Syaratnya, ibu-ibu pengajian yang berjumlah 20 orang itu memberikan suara kepada LS.

Dua hari setelah penghitungan suara, istri si caleg itu datang ke Kepala Air dan meminta kembali dua karpet itu karena LS hanya memperoleh 19 dari 20 suara. Padahal, satu suara yang dibutuhkan itu karena pemilih tengah berangkat ke Papua. Beruntung istri LS bisa diselamatkan warga lainnya karena puluhan ibu-ibu dan pria dewasa emosi dan nyaris melancarkan aksi kekerasan.

”Jujur saja, kami ini sembunyi-sembunyi dari suami kalau memilih LS karena ada caleg juga dari sini. Kalau mau ambil kembali karpet itu, silakan. Tetapi satu suara kami harus dibayar Rp 1 juta,” teriak Djohura.

Djohura menambahkan, warga Kepala Air sebenarnya tidak mengenal LS, warga kompleks Waihong. Caleg itu menggunakan pendekatan kultural karena warga Kepala Air mayoritas berasal dari Buton dan Geser. LS tiba-tiba saja datang ke Kepala Air saat berkampanye. Ia datang malam-malam dan menawarkan bantuan.

Sekarang, karpet pemilu itu dionggokkan begitu saja di halaman rumah warga Kepala Air. Warga enggan menyentuh karpet itu.

Caleg lain yang tak punya harga diri ada di Kulon Progo, DI Yogyakarta. Kecewa tak terpilih lagi duduk di kursi dewan, seorang caleg DPRD Kulon Progo menarik kembali sejumlah hadiah dan sumbangan yang pernah ia berikan kepada warga Desa Karangsari, Pengasih, Kulon Progo. Caleg yang menarik kembali sumbangan kampanyenya itu, S, caleg perempuan.

Saat masa kampanye, S cukup sering memberikan sumbangan dan hadiah kepada warga. Di Dusun Kamal, Karangsari, misalnya, ia memberikan 14 zak semen untuk pembuatan jalan konblok. Menurut warga, S juga memberikan bantuan alat musik drumband dan uang tunai Rp 2,5 juta.

Namun, sejak proses penghitungan suara di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan, tiba-tiba muncul sejumlah orang suruhan S di beberapa dusun. Orang suruhan itu mendatangi para kepala dusun dan meminta kepala dusun mengembalikan bantuan yang pernah diberikan S. ”Alasannya, S kalah suara sehingga tidak terpilih kembali,” kata Kepala Dusun Kamal Mujiyono.

Celakanya, bantuan 14 zak semen yang diberikan pada akhir Maret lalu itu sudah digunakan warga. Mujiyono terpaksa merogoh kocek pribadi Rp 700.000 untuk membeli semen baru. ”Saya tidak mau ribut, jadi saya siapkan saja semua yang mereka minta. Seharusnya caleg itu malu karena dulu dia juga pernah berjanji akan membantu pembangunan fisik di sini, tapi tak pernah terlaksana,” kata Mujiono.

Berdasarkan penghitungan suara sementara Panitia Pemungutan Suara di sejumlah desa di Pengasih dan Kokap, sesungguhnya perolehan suara S cukup tinggi, sekitar 1.500 suara, tetapi kalah dari suara caleg partai lain yang rata-rata 1.600 suara.

Virgetta Hayuningsih (28) terduduk lesu di depan rumahnya di Kampung Tirtoyoso, Manahan, Kota Solo, Senin. Kesedihan mendalam tergurat di wajahnya, menyusul kematian ibundanya, Sri Sumini (52), yang diduga kelelahan menjalani kegiatan kampanye pemilu.

Ibunya adalah caleg nomor 5 dari Dapil III Banjarsari. Sri Sumini meninggal, Senin pukul 02.15, setelah sehari dirawat di Rumah Sakit Panti Waluyo, Solo. ”Kemarin ibu jatuh pingsan karena jantung dan livernya kambuh,” kata Virgetta. Dua rekan almarhum sesama caleg, Wahyuning Chumaezon dan Guntur Taufik Irawan, mengenang Sri sebagai caleg yang bersemangat.

Reaksi sebaliknya muncul dari puluhan warga RW 01 Kelurahan Kaligawe, Kota Semarang. Sukarni (50), warga RT 05 RW 01 Kaligawe, mengaku kecewa karena dibohongi tim sukses caleg bernama AB. ”Saya dijanjikan Rp 25.000 dan paket kebutuhan pokok. Nyatanya, saya hanya dapat Rp 15.000,” ucap Sukarni.

Di Kalimantan Tengah muncul dua caleg dan tiga simpatisan partai yang mengalami tekanan psikis. Dua dari lima orang itu mengalami gangguan jiwa ringan atau stres, seorang gangguan jiwa sedang atau depresi. Dua lainnya mengalami gangguan jiwa berat: terus mengoceh, murung, serta tak mau makan serta minum.

Kelimanya kini dirawat di Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Kalawa Atei, Kalteng. (EKI/ILO/CAS/ANG/YOP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com