Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basri Mengaku Kaget Dilengserkan Persela

Kompas.com - 31/03/2009, 00:43 WIB

LAMONGAN, KOMPAS.com — Mohammad Basri yang baru saja dilengserkan dari kursi pelatih Persela Lamongan belum berencana mengakhiri karier dan tetap ingin menangani tim Liga Super pada kompetisi musim depan. Dia juga mengaku sempat kaget dilengserkan dari kursi pelatih di saat kompetisi belum usai.

Ditemui wartawan seusai pengumuman pelatih baru Persela, Widodo Cahyono Putra, di Lamongan, Jatim, Senin (30/3), Basri mengatakan, sepak bola telah mendarah daging dan menjadi bagian dari hidupnya, termasuk dalam mencari pendapatan.

"Selama ini saya hidup dan cari makan dari bola. Kalau saya berhenti melatih, dari mana lagi saya bisa mendapatkan penghasilan. Saya bukan pegawai dan juga tidak bisa berbisnis, selama tenaga saya masih dibutuhkan, saya selalu siap melatih di mana pun," katanya.

Basri yang menangani Persela Lamongan sejak musim 2007, resmi digantikan Widodo Cahyono Putra yang sebelumnya menjadi asisten pelatih tim nasional PSSI sejak tahun 2006. Pelatih berusia 66 tahun itu tidak langsung hengkang dari Persela karena masih diberi kepercayaan sebagai penasihat teknik tim senior dan junior (U-21) "Laskar Joko Tingkir".

Keputusan pergantian pelatih yang dilakukan pengurus Persela di pertengahan putaran kedua kompetisi Liga Super musim ini sangat memukul perasaan Basri yang sebenarnya ingin melanjutkan tugas hingga kontraknya selesai di akhir musim. Bahkan, Basri tampak terharu dan menangis saat memberikan sambutan terakhir di hadapan pengurus dan manajemen Persela.

"Saya sudah berkeliling ke mana-mana sebagai pelatih dan di Lamongan ini saya merasa tentram serta bahagia. Kondisi kesehatan saya juga tidak pernah bermasalah seperti sebelumnya, termasuk dengan istri saya," katanya lirih.

Basri mengaku sempat kaget saat pertama kali diberitahu kalau dirinya akan diganti. "Sebagai pelatih profesional, saya harus siap menerima segala risiko, termasuk diganti," kata pelatih kelahiran Makassar, Sulsel, pada 5 Oktober 1942 itu.

"Tapi bukan berarti karier saya juga harus berhenti di sini. Selama tenaga dan pikiran saya masih ada yang membutuhkan, kapan pun saya siap melatih lagi, termasuk mungkin di Persela," kata Basri yang Februari lalu mendapat sertifikat kepelatihan lisensi A dari AFC.

Basri merupakan salah satu pelatih lokal paling senior yang tetap eksis hingga saat ini. Sejumlah klub besar pernah ditangani, seperti Persebaya Surabaya (1977), Niac Mitra (1980-1986), Arema Malang (1991-1993 dan 2000), dan PSM Makassar (1995-1997 dan 2005).

Polesan tangan dingin Basri mengantar Persebaya juara kompetisi Perserikatan tahun 1977, kemudian Niac Mitra tiga kali juara kompetisi Galatama pada 1981, 1982 dan 1986, serta Arema juara Galatama musim 1993.

Selain itu, mantan pemain nasional era 1962 hingga 1973 itu, juga pernah dipercaya menangani timnas Pra Olimpiade tahun 1983, timnas Pra Piala Dunia dan SEA Games pada 1989.

"Pak Basri adalah guru saya dan salah satu pelatih hebat. Saya banyak mendapat pelajaran dan masukan dari beliau saat sama-sama mengikuti kursus Lisensi A di Jakarta tahun lalu," kata pelatih baru Persela, Widodo Cahyono Putra. (ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com