Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsleting di Suralaya, Padam Lima Jam

Kompas.com - 18/03/2009, 05:08 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara di wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah mengalami pemadaman listrik selama lebih dari lima jam, Selasa (17/3). Pemadaman disebabkan sistem kelistrikan Jawa-Bali kehilangan daya hampir 1.200 megawatt setelah terjadi korsleting (hubungan pendek arus listrik) di gardu induk Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya.

”Ada korslet pada salah satu komponen switchyard di gardu induk PLTU Suralaya. Komponen ini berfungsi sebagai pembagi daya listrik sebelum masuk ke sistem transmisi,” ujar Direktur PT PLN untuk Jawa-Bali Murtaqi Syamsuddin di Jakarta.

Gangguan pada Gardu Induk Tegangan Tinggi Suralaya sekitar pukul 11.39 itu mengakibatkan PLTU Suralaya, yang terdiri atas tujuh unit pembangkit dan memiliki kapasitas total 3.400 MW, tidak bisa memasok daya ke sistem. Akibatnya, sistem Jawa- Bali, yang pada saat itu dalam posisi terbebani 12.000 MW, kehilangan daya sangat besar, yakni sekitar 1.200 MW.

Guna menyeimbangkan dengan daya yang hilang, PLN lalu mengurangi beban dengan memadamkan aliran listrik.

Menurut keterangan para pekerja di kompleks PLTU Suralaya, terdengar suara ledakan dari gardu induk beberapa saat setelah terjadi gangguan. Ledakan terdengar seperti suara bom sehingga menyebabkan guncangan. Namun, tidak ada percikan api ataupun asap yang keluar bersama dengan suara ledakan.

”Seperti ada gempa saja,” kata seorang karyawan yang diungsikan ke luar areal pembangkit.

Hingga sore hari, suara rentetan ledakan masih terdengar dari areal jaringan transmisi. Namun, suara ledakan susulan itu relatif lebih kecil dibandingkan dengan suara ledakan pertama. Suara ledakan itu lebih mirip suara petasan berukuran besar.

Menurut Murtaqi, percikan api dan suara ledakan lazim terjadi saat terjadi korsleting. PLN masih mencari penyebab gangguan tersebut. Ia memastikan unit-unit pembangkit Suralaya pada saat itu beroperasi normal.

Dia menegaskan, gangguan di Gardu Induk Tegangan Tinggi Suralaya tidak sampai menyebabkan pemadaman total atau black out di seluruh sistem Jawa Bali.

”Pemadaman hanya terjadi di sebagian wilayah Jawa Barat yang berada paling dekat dengan Suralaya dan tidak bisa mendapatkan pengalihan pasokan dari tempat lain,” katanya.

Pada 18 Agustus 2005, gangguan di PLTU Suralaya memicu terputusnya jaringan interkoneksi 500 kilovolt Saguling-Cibinong-Cilegon yang menyebabkan sistem Jawa-Bali kehilangan beban sebesar 4.000 MW.

Akibat dari kejadian itu, seluruh sistem Jawa-Bali padam total. Sampai saat ini, PLN belum pernah mengumumkan secara resmi penyebab kerusakan tersebut.

Jawa Tengah padam

Berdasarkan pantauan Kompas, pemadaman meluas sampai ke daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pasokan listrik di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami defisit 346 MW. Untuk itu, PT PLN memadamkan sebagian lokasi di 11 area pelayanan jaringan di Semarang dan Yogyakarta.

“Pemadaman dilakukan untuk menjaga sistem jaringan tetap aman karena berkurangnya pasokan listrik,” ujar Manajer Area Pengaturan Distribusi PT PLN Wilayah Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Catur Endik.

Menurut Deputi Manajer Bidang Komunikasi, Hukum dan Administrasi PLN Distribusi Jawa-Bali Adang Djarkasih, pemadaman listrik di Jawa bagian barat antara lain terjadi di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Tangerang, Depok, dan Bogor.

Kekurangan pasokan listrik di sistem Jawa-Bali untuk sementara disuplai dari sejumlah pembangkit berbahan bakar minyak yang posisinya siaga, antara lain enam unit pembangkit di PLTGU Grati, PLTGU Tambak Lorok, dan PLTGU Muara Tawar serta tiga unit PLTGU Gresik.

Meski demikian, masih terjadi kekurangan sekitar 600 MW pada saat posisi beban puncak.

Upaya pemulihan pasokan listrik dilakukan bertahap sejak Selasa sore dengan mengoperasikan lagi PLTU Suralaya. Dua unit pembangkit PLTU Suralaya sudah masuk ke sistem pada pukul 15.00, disusul dua unit lain pada pukul 20.00.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengemukakan, gangguan di pembangkit PLN dapat merupakan indikasi kelemahan pemeliharaan.

”Bisa jadi ada masalah mendasar, yaitu PLN terpaksa mengurangi biaya pemeliharaan pembangkit, jaringan transmisi, maupun distribusi, untuk efisiensi. Semua sumber daya difokuskan untuk mendukung pembiayaan pembangkit 10.000 MW,” tutur Fabby.

Kerusakan

Informasi dari PLN menyebutkan, satu unit PLTU Tanjung Jati B sudah dua bulan tidak beroperasi karena kerusakan pada salah satu pendingin generator.

Terkait dengan upaya mengatasi krisis listrik, Departemen Pekerjaan Umum menunggu aspirasi daerah dan keinginan PLN sebelum mengombinasikan pembangunan bendungan dan pembangkit listrik tenaga air.

”Departemen kami hanya membangun bendungan. Untuk pembangunan PLTA, itu keputusan PLN yang antara lain didasari kesesuaian antara biaya investasi dan pengembalian modal,” kata Widagdo, Direktur Sungai, Danau, dan Waduk Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU.

Meski demikian, Widagdo menyarankan kepada pemerintah daerah agar mengusulkan lokasi- lokasi yang dapat digunakan untuk pembangunan bendungan.

”Siapa tahu di lokasi itu sangat baik untuk dibangun bendungan sekaligus PLTA,” ujarnya. (NTA/GRE/ILO/DOT/RYO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com