Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Radar Bali: Kepergian Prabangsa Misterius

Kompas.com - 16/02/2009, 19:02 WIB

DENPASAR, SENIN- Bagi rekan-rekan dan manajemen Harian Umum Radar Bangsa kematian Anak Agung Prabangsa (45), salah satu redaktur di media itu, yang mengenaskan sangat mengejutkan.

Direktur Radar Bali Justin Maurits Herman mengungkapkan, Prabangsa sudah tidak masuk kerja sejak Rabu (11/2) pekan lalu. Keesokan harinya, keluarganya di Denpasar mengonfirmasikan bahwa dia tidak pulang ke rumahnya di Jalan Nusa Kambangan sepanjang Rabu.

Keluarga dan pihak manajemen Radar Bali langsung melaporkan kehilangan Prabangsa ke Poltabes Denpasar. Kepergian misterius Prabangsa, kata Justin, sangat di luar kebiasaan.

Biasanya, kata Justin, Prabangsa selalu memberi tahu rekan kantor atau istrinya jika berencana pergi ke suatu tempat. "Sepanjang Rabu, saya dan dia hanya sekali berhubungan via telepon, sekitar pukul 15.00. Jawabannya pun hanya singkat, lalu sesudah itu tidak dapat dihubungi lagi," kata Justin.

Dari pengakuan adik tirinya, Agung Samudera, Rabu siang itu Prabangsa sempat pulang ke rumah orang tuanya di Taman Bali, Bangli. Bahkan dia sempat pula mengunjungi rumah salah satu kerabatnya yang tengah mengadakan upacara adat.

Menjelang pukul 15.00 Wita, Prabangsa mendapatkan panggilan telepon dari seseorang. Beberapa saat kemudian ia pergi dengan terlebih dulu menitipkan sepeda motor dan helm di rumah orang tuanya.

Tidak berkait dengan berita

Justin menganalisa, tidak ada masalah berarti dengan aktivitas Prabangsa sebagai redaktur selama enam tahun terakhir. Ia bahkan menilai anak buahnya itu sebagai wartawan handal.

Posisinya sebagai redaktur yang sudah sangat jarang turun ke lapangan, kata Justin, mengecilkan kemungkinan penyebab kematian Prabangsa terkait dengan aktivitas kewartawanannya. Ia hanya berharap agar polisi segera dapat mengungkap kasus ini.

Kepala Bidang Humas Polda Bali Kombes Gde Sugianyar juga menyatakan belum menyimpulkan apapun, termasuk penyebab tewasnya Prabangsa serta ada tidaknya keterkaitan dengan aktivitasnya selaku wartawan yang sehari-hari bertindak sebagai redaktur berita-berita daerah (kabupaten) di Harian Radar Bali.

"Informasi yang kita terima masih sangat minim. Sembari menunggu hasil visum dari tim dokter Sanglah, kita akan melakukan penyelidikan seoptimal mungkin berdasarkan keterangan yang diperoleh di lapangan," kata Sugianyar di depan kompleks kamar jenazah RSUP Sanglah.

Mengenaskan

Informasi mengenai tewasnya Prabangsa mendapat perhatian kalangan jurnalis di Bali, khususnya Denpasar. Mereka berkumpul di halaman kompleks kamar jenazah RSUP Sanglah. Pada saat berita ini diturunkan, tengah dilakukan otopsi atas jasad Prabangsa di RS itu.

Prabangsa ditemukan tewas mengambang di Pantai Bias Tugel, Desa Padang Bai, Karangasem, Bali, Senin pagi tadi. Saat ditemukan, kondisinya mengenaskan. Kepalanya pecah, leher dan dadanya lebam, lidahnya terjulur, dan kedua bola matanya hilang.

Sugianyar mengungkapkan, jasad Prabangsa pertama kali ditemukan sekelompok nelayan di Bias Tugel, 400 meter arah barat Pelabuhan Padang Bai, sekitar pukul 09.40 Wita. Penemuan itu kemudian diinformasikan kepada pihak Administrator Pelabuhan Padang Bai, yang langsung berkoordinasi dengan aparat Polair Polda Bali.

Selang setengah jam, jasad korban berhasil diangkat dan dibawa ke Puskesmas terdekat, sebelum akhirnya dibawa ke RSUD Amlapura, Klungkung.

Saat ditemukan, Prabangsa tidak mengenakan baju. Identitasnya berhasil diketahui dari penemuan KTP dan SIM A serta C di saku celananya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com