Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku Ponari di Tengah Matinya Logika

Kompas.com - 14/02/2009, 05:28 WIB

OLEH INGKI RINALDI

Marwi (75) melenggang ringan di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, pada Jumat (13/2) siang itu. Tangannya menggenggam sebuah buku kecil yang terdiri atas 63 halaman yang terbagi dalam 12 bab. Judul dan fakta larisnya buku itu cukup membuat Marwi melenggang ringan di siang terik itu. Ponari Si Dukun Cilik, itulah judul buku dengan sampul berupa foto mencolok Ponari dan antrean pasien di bagian bawahnya.

Penerbit buku seukuran buku tulis sedang itu adalah Bintang Usaha Jaya Surabaya. Tak ada daftar pustaka tercetak pada buku yang sejatinya hanya kumpulan tulisan dari sejumlah media cetak lokal itu.

Bahkan, foto-foto yang dipergunakan pun adalah hasil pemindaian dari sejumlah foto yang pernah terbit di berbagai media cetak. Tak ada penghargaan atas karya intelektual di sana.

Buku yang sekadar menyajikan aspek bombastis dari praktik pengobatan alternatif itu seolah ingin membenarkan soal mitos kesakten dalam masyarakat Jawa ala Ki Ageng Sela yang bisa menangkap petir. Kisah soal masa kecil dan latar belakang orangtua Ponari, yang sudah habis dibeberkan berbagai media cetak, disajikan lagi dengan ”ramuan” ala buku tersebut.

Namun, nyatanya buku itu laris manis. Marwi, yang sehari-hari berprofesi sebagai penarik becak di seputar Jombang, bahkan sampai harus putar haluan sebagai penjual buku. ”Saya ambil 100 buku dan langsung habis. Ini sisa satu,” katanya.

Seorang calon pasien bernama Istiqomah (54), yang mendengar klaim Marwi, langsung mengeluarkan uang Rp 5.000 dan menebus buku yang tersisa satu itu. Istiqomah yang sehari-hari berjualan ikan laut di Pasar Batu, Kota Batu, Malang, itu langsung membolakbalik halaman depan sebelum buku itu disambar rekannya yang datang bersama ke dusun itu.

”Kami datang dalam rombongan sebanyak tujuh orang,” kata Istiqomah sembari langsung mengejar rekannya yang membawa buku Ponari Si Dukun Cilik yang baru saja ditebusnya itu.

Marwi tak sendiri. Di mulut dusun itu, Narwo (30), salah seorang warga Desa Balongsari, juga sibuk menjajakan belasan buku yang ada di tangan kanannya. Ia menolak diajak mengobrol berlama-lama karena menurut pemahaman Narwo waktu adalah uang.

Tak jauh dari lokasi itu, Panim (48) juga sedang menekuni buku itu. Calon pasien asal Lebak Bulus, Jakarta, yang datang bersama suaminya, Sutar (48), tengah tekun membaca kisah tentang Ponari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com