Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

500 Buruh PT ISN Mogok Kerja

Kompas.com - 13/02/2009, 15:57 WIB

MAGELANG, JUMAT — Sebanyak 500 buruh di PT Industri Sandang Nusantara (ISN) Unit Patal Secang, Kabupaten Magelang, sepakat mogok kerja terhitung sejak Jumat (13/2). Tindakan ini akan terus dilakukan hingga pihak perusahaan, para pemegang saham, dan pemerintah memberi kejelasan tentang kelanjutan status mereka di perusahaan.

"Karena pihak perusahaan tidak juga bisa memberi kejelasan, maka para buruh pun akan terus berdemo hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan," ujar Ketua Serikat Pekerja PT Industri Sandang Nusantara Kunto Kuncoro, saat ditemui Jumat (13/2).

Sejauh ini, tidak ada kejelasan apa pun dari pihak perusahaan terhadap nasib mereka termasuk tentang pembayaran gaji bulan Februari ini. Berdasar pada kondisi tersebut, maka mogok bekerja untuk sementara waktu dinilai menjadi upaya yang paling tepat karena bekerja tanpa ada kejelasan pembayaran gaji justru berpotensi memancing reaksi anarkis dari pekerja.

Sejauh ini dari sembilan unit pabrik dari PT Industri Sandang Nusantara di Indonesia, lima unit pabrik di antaranya sudah tutup dan sekitar 2.000 pekerjanya dirumahkan. Lima pabrik yang sudah tutup tersebut adalah Unit Patal Tohpati di Denpasar, Patal Grati di Pasuruan, Patal Lawang di Malang, Unit Patun Makateks di Makasar, dan Patal Banjaran di Bandung.

Empat unit pabrik yang masih berjalan di antaranya adalah Patal Secang di Magelang, Patal Cilacap, Patal Tegal, dan Patal Karawang. Jumlah pekerja di empat pabrik tersebut terdata mencapai 4.300 orang.

Selain meminta kejelasan status bagi pekerja, Kunto mengatakan, pihaknya juga mendesak pemerintah pusat untuk segera mencairkan dana talangan.

Karena berstatus sebagai badan usaha milik negara (BUMN), maka kondisi perusahaan juga harus segera mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, terangnya. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, dana talangan yang akan dijanjikan pemerintah pusat mencapai Rp 50 miliar.

Minggu depan, Kunto mengatakan, pihaknya akan bertemu dengan pemegang saham untuk membicarakan masalah nasib karyawan tersebut. Namun, jika tidak juga diperoleh titik temu, maka sekitar 2.000 pekerja akan bersiap melaksanakan demo besar-besaran di Jakarta.

Memburuknya kondisi perusahaan, menurut Kunto, sebenarnya sudah mulai dirasakan sejak pertengahan tahun lalu. Namun, menghadapi kondisi demikian, pihak pemegang saham dan pemerintah semestinya tidak langsung serta-merta menyerah.

Kami optimistis perusahaan masih mampu berjalan jika terus gigih berupaya melakukan inovasi, ujarnya.

Asrofi, salah seorang operator PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang berharap agar kegiatan produksi tetap berjalan dan seluruh karyawan tetap bekerja seperti biasa.

"Untuk karyawan yang sudah lama bekerja di Patal Secang seperti saya, tidak ada harapan lain kecuali tetap bekerja dengan pembayaran gaji yang terus berjalan lancar seperti biasanya," ujarnya.

Asrofi sudah 21 tahun bekerja di Patal Secang. Perusahaan ini, menurut dia, mencapai masa jaya pada tahun 1995-1997. Dalam periode waktu tersebut, dirinya sempat merasakan menerima pembayaran gaji hingga 15 kali dalam setahun.

Pejabat sementara General Manager PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang Budiyono mengatakan, sejak kantor pusat PT Industri Sandang Nusantara di Jakarta tutup, pihaknya pun tidak bisa melakukan apa-apa.

"Jangankan untuk membayar gaji, untuk kebutuhan administrasi surat-menyurat saja sudah tidak bisa dilayani oleh kantor pusat di Jakarta," ujarnya.

Dana untuk membayar gaji karyawan mencapai Rp 503 juta per bulan. Uang itu biasa diperoleh dari kantor pusat PT Industri Sandang Nusantara di Jakarta. (EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com