Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Kebangkrutan Air

Kompas.com - 04/02/2009, 20:41 WIB

Penggunaan air dalam jumlah besar terjadi untuk proses pembangkitan energi. Di AS proses ini membutuhkan air 39 persen dari semua air yang digunakan di negeri adidaya ini, sementara di Uni Eropa 31 persen. Padahal, jumlah air yang dikonsumsi hanya 3 persen.

Kebutuhan energi juga akan terus naik, demikian pula kebutuhan air. Hal ini membuat air yang diarahkan untuk pertanian akan berkurang.

Sungai mengering

Kalau di atas disinggung tentang melelehnya gletser Himalaya, bagian lain Laporan WEF ini juga menyebutkan, sekitar 70 sungai besar di dunia diperkirakan akan mengering total karena airnya disedot untuk irigasi dan reservoir.

Karena semakin langka, dalam dua dekade mendatang air akan dijadikan obyek investasi, yang bahkan mungkin nilainya lebih baik dibandingkan minyak.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Kimoon berpendapat, masalah air bersifat luas dan sistemik, dan karena itu penanggulangannya pun harus luas dan sistemik.

Kalangan usaha pun sepandangan bahwa dengan pengelolaan seperti yang ada sekarang ini, air bisa lebih cepat habis dibandingkan bahan bakar. Untuk mencegahnya, dibutuhkan kerja sama luas antara pemerintah, industri, akademik, dan pemangku kepentingan di seluruh dunia, ujar pimpinan PepsiCo Inc, perusahaan AS yang usahanya menggunakan air dalam jumlah besar.

Dicerna lebih jauh

Situasi yang dihadapi umat manusia berkaitan dengan air boleh jadi memang membingungkan karena di satu sisi dihadapkan pada ancaman perendaman wilayah pesisir akibat pemanasan global, tetapi pada sisi lain juga kelangkaan air.

Di kolom ini (27/11/2007) diangkat kekhawatiran Aliansi Negara Kepulauan Kecil saat mengadakan pertemuan puncak di ibu kota Maladewa, Male. Negara-negara yang perekonomiannya banyak bersandar pada turisme dan perikanan mengantisipasi datangnya ancaman naiknya permukaan air laut akibat melelehnya tudung es kutub.

Sejauh ini naiknya suhu udara sebesar 0,6 derajat celsius selama abad kemarin telah membuat permukaan air laut naik sekitar 20 cm. Namun, kalau es Greenland meleleh, lebih dahsyatlah akibatnya. Kenaikan sampai lebih dari 1 meter amat mungkin, bahkan kalau es Greenland meleleh total, kenaikan muka air laut bisa mencapai 7 meter! (NG News, 3/2/2009)

Baik ancaman kebanjiran maupun kelangkaan air akan sama-sama menyeramkan. Selama proses itu berlangsung, bisa kita bayangkan ketegangan sosial-ekonomi yang terjadi. Misalnya saja potensi terjadinya konflik akibat rebutan sumber air, atau tekanan ekonomi yang meningkat karena orang harus mengeluarkan dana besar untuk mendapatkan air.

Kita berharap seruan kerja sama berbagai pihak tanpa mengulur waktu mulai dari sekarang masih bisa mengurangi dampak kesengsaraan potensial yang dimunculkan oleh kedua permasalahan ekstrem yang ditimbulkan oleh air ini. Adanya kajian lebih serius yang diikuti oleh kebijakan konkret merupakan wujud kepedulian nyata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com