Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oh, Suamiku Bawa Pulang Bayi?

Kompas.com - 16/11/2008, 05:08 WIB

PADA sebuah ruang pertemuan besar, Kevin (28) duduk gelisah. Di sampingnya, seorang perempuan Belanda duduk menemani.

Sambil menunggu dipertemukan dengan ibu kandungnya, Kevin dan istrinya berbincang dalam bahasa Belanda. Sesekali Kevin membolak-balik album foto yang dia bawa. Foto itu berisi gambar-gambar masa kecil Kevin di Belanda.

Di ruangan lain, seorang ibu dan seorang pemuda duduk berdiam diri. Mereka hanya bicara bila petugas panti asuhan di Jakarta Selatan itu menanyakan sesuatu. Maesaroh (50) hanya bersandal jepit, berkebaya dan kain kusam.

Ketika akhirnya Maesaroh dan Kevin dipertemukan, Kevin langsung menghambur ke pelukan wanita tua itu. Tangis keduanya pecah. Tanpa berkata apa pun mereka berpelukan lama.

”Dulu dia saya tinggal di rumah sakit,” kata Maesaroh setelah bisa menguasai perasaan. Kevin adalah anak kandung Maesaroh dan laki-laki yang bersama Maesaroh adalah kakak Kevin. Maesaroh bercerita, dulu ia terpaksa meninggalkan Kevin di rumah sakit karena tidak punya biaya untuk persalinan.

Kevin lalu diadopsi warga Belanda dan dibawa pulang ke negaranya. Di Belanda, Kevin tinggal bersama dua saudara angkatnya yang juga anak adopsi dari negara lain. Oleh orangtua asuhnya, Kevin dibesarkan, dididik, dan disayangi seperti anak kandung sendiri.

Ketika diberi tahu dia adalah anak angkat dan keluarganya berasal dari Indonesia, Kevin yang bekerja di bidang konstruksi di Belanda bertekad kembali ke Indonesia dan mencari orangtuanya.

”Papa baik sekali. Dia mengajarkan untuk tidak dendam kepada ibu kandung saya. Saya harus memahami mengapa Ibu dulu meninggalkan saya,” kata Kevin, yang bertekad akan membiayai seluruh keperluan keluarganya di Indonesia.

Kevin hanyalah sepenggal kisah anak yang ditinggalkan orangtua, tetapi berhasil merajut masa depan setelah dibesarkan orangtua angkat. Sampai kini hubungan Kevin dengan orangtua kandungnya tetap baik. Setiap tahun ia selalu mengunjungi ibu kandung dan saudara-saudaranya. Terakhir kali, Kevin mengajak Maesaroh pergi ke Belanda.

Perkembangan jiwa

Bagi anak-anak yang ditelantarkan, keberadaan orangtua angkat sangat dibutuhkan. Seperti diungkapkan psikolog perkembangan anak dari Universitas Indonesia, Efriyani Djuwita, dengan tinggal bersama orangtua dalam sebuah keluarga, anak yang ditinggal orangtua kandung bisa kembali merasakan kasih sayang penuh dari orangtua angkat.

”Kasih sayang orangtua sangat diperlukan untuk perkembangan psikososial anak,” kata Ita, panggilan Djuwita. Anak yang dewasa tanpa sentuhan kasih sayang orangtua bisa tumbuh menjadi orang yang tidak percaya diri dan tidak mudah percaya pada lingkungan.

Zaman sekarang semakin banyak orangtua rela menjadi orangtua angkat bagi anak-anak telantar. Jangankan mengangkat anak dari ras yang sama, beberapa pasangan bahkan mau mengangkat anak dari ras berbeda.

Mario (47), sebut saja begitu, warga Tangerang, mengasuh dan membesarkan dua anak, sebut saja Ali (12) dan Astri (9), dilahirkan oleh dua pekerja migran di Timur Tengah asal Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka diserahkan kepada Mario ketika masing-masing masih berumur enam bulan dan empat bulan.

”Saya kaget setengah mati ketika suami pulang membawa bayi. Saya kira dia selingkuh,” tutur Lina (41), bukan nama sebenarnya, istri Mario. Kata Lina, kedua anak tersebut kini sangat dekat dengan Lina maupun Mario. Dibandingkan dengan ketiga anak kandungnya, keduanya justru lebih manja kepada Mario dan Lina.

Pasangan Gunarso (47) dan Restu (40), keduanya bukan nama sebenarnya, yang tinggal di Jawa Timur juga memutuskan mengangkat anak perempuan yang lahir dari seorang buruh migran di Timur Tengah asal Jawa Timur. Kebetulan Gunarso dan istrinya memang ingin punya anak perempuan, tetapi istri Gunarso tidak mau hamil lagi.

Menyayangi

Di masyarakat kita masih ada anggapan miring soal anak angkat. Anak angkat sering dianggap lebih nakal dan lebih suka melawan orangtuanya. Apalagi ketika anak tahu fakta sebenarnya.

Karena anggapan semacam itu, Gunarso mengaku ditentang habis-habisan keluarganya ketika hendak mengambil Hesti (bukan nama sebenarnya, sekarang 11 tahun) sebagai anak angkat.

Pendapat itu tidak digubris Gunarso. Untuk menepis anggapan itu, Gunarso dan istrinya bertekad mendidik Hesti dengan baik. Selain disekolahkan di sekolah umum, sejak kecil Hesti juga dimasukkan ke sekolah agama, seperti juga dua anak kandung Gunarso.

Gunarso juga memperlakukan Hesti sama seperti ia memperlakukan anak-anaknya yang lain. ”Jangan karena kasihan pada masa lalunya kita jadi lebih memanjakan anak angkat,” kata Gunarso.

Mario mendidik anak angkatnya dengan melibatkan Ali dan Astri dalam aktivitas olahraga dengan harapan olahraga bisa membentuk jiwa sportif pada diri anak-anaknya. ”Supaya mereka bisa berlapang dada menghadapi kenyataan hidup,” kata Mario. Dengan cinta kasih, Mario dan Gunarso berharap anak-anaknya bisa seperti Kevin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com