JAKARTA, SENIN - Isu penurunan suku bunga bank sentral yang diusung dalam pertemuan G20 sangat penting guna mengembalikan fungsi uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas. Menurut pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance Indonesia (INDEF), Aviliani, penurunan suku bunga bisa dijadikan acuan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengatasi krisis likuiditas.
"Jika bank sentral menetapkan suku bunga dengan pertimbangan-pertimbangan risiko yang dihadapi, maka fluktuasi nilai tukar hanya akan dijadikan komoditas," kata Aviliani saat diskusi Krisis Keuangan Global Dampaknya Bagi Perekonomian dan APBN 2009, di Jakarta, Senin (10/11).
Pasalnya, kata Aviliani, penetapan suku bunga berdasarkan tingkat risiko, akan menyebabkan larinya uang mengikuti tinggginya suku bunga. "Kalau suku bunga ditetapkan dengan melihat risiko, maka jika suku bunga Indonesia tinggi uang lari ke sini, lalu suku bunga di sana tinggi lari ke sana," tuturnya.
Fluktuasi uang itu akhirnya tidak bisa jadi patokan untuk transaksi tapi dijadikan komoditas. Aviliani menilai stabilitas moneter sangat penting karena jika nilai tukar uang dijadikan komoditas maka krisis semacam akan berulang.
"Yang penting Bank sentral bersatu yaitu bisa dengan suku bunga yang disamakan seluruh dunia, bahwa tidak ada lagi alternatif bank melihat risiko dari suku bunga," ujarnya.
Ia mengakui, tingkat suku bunga di Indonesia termasuk tinggi dibanding negara lainnya. Rencananya, tahun 2009 mendatang pemerintah dan BI akan menetapkan suku bunga di angka 8,5 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.