Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Ekonomi, Meski Tak Nyaman Tetap Diminati

Kompas.com - 27/09/2008, 17:25 WIB

JAKARTA, SABTU - Kereta api ekonomi masih menjadi primadona bagi pemudik. Pada H-4 ini diperkirakan sekitar 21 ribu penumpang berangkat dari Stasiun Senen, Jakarta Pusat menuju kota-kota besar di Jawa. Meski telah menyediakan 8 kereta tambahan, kepadatan penumpang dalam gerbong kereta masih terjadi dalam setiap keberangkatan.  

Seperti kereta tambahan Kerta Jaya tujuan Surabaya Turi. Sejak pukul 8.00 pagi sekitar 1400 orang telah memadati 10 gerbong yang disediakan, padahal kereta baru berangkat pukul 12.45 siang. Selama lima jam mereka harus menunggu dan berdesakan didalam gerbong, bordes (tempat keluarnya penumpang), sambungan gerbong, hingga toilet.  

Kondisi di dalam gerbong kereta sangat memprihatinkan. Di tiap gerbong sekitar 100 orang baik para lansia, kaum ibu, maupun anak-anak harus berbagi tempat dengan barang bawaaan. Suhu di dalam gerbong yang panas membuat sebagian calon penumpang kelelahan sebelum berangkat.  

Bagi mereka yang cepat masuk dapat menikmati tempat duduk selama perjalanan. Seperti Ani (45), ia beruntung mendapatkan tempat duduk setelah berebutan dengan ratusan calon penumpang lain ketika kereta datang. "Allhamdullilah saya sama keluarga bisa duduk. Tadi rebutan naik dari jendela," ucapnya.  

Bagi mereka yang kurang beruntung harus menempati toilet berukuran 1 X 1,5 meter yang ada di tiap gerbong. Salah satunya Soleh (30), ia berdesakan dengan empat penumpang lain dan barang bawaan mereka. "Panas banget disini. Begini terus selama 12 jam sampai Surabaya," ucapnya kesal. Karena ruangan yang sempit, ia harus bergantian duduk dengan penumpang lain selama perjalanan.  

Soleh mengatakan kondisi ini selalu ia rasakan selama mudik lebaran. "Udah delapan kali saya mudik pake kereta ekonomi. Ngga pernah berubah, selalu penuh. Padahal harga naik terus," tambahnya.  

Bukan hanya toilet yang dimanfaatkan pemudik. Disetiap bordes atau tempat penumpang keluar yang berukuran 1 X 2,5 meter dipenuhi sekitar 15 orang. Selain itu di setiap sambungan gerbong juga di isi sekitar empat orang. Mereka duduk di lesehan dan yang tidak kebagian tempat harus berdiri selama pejalanan.  

Pemandangan lebih tragis ditemukan pada kereta Gaya Baru Malang tujuan Surabaya Gubeng. Puluhan pemudik yang tidak kebagian tempat didalam gerbong harus mempertaruhkan nyawa dengan berdiri di samping lokomotif. Mereka harus bertahan selama 12 jam di luar kereta hingga Surabaya.  

Salah satunya Wati (16), pembantu rumah tangga ini harus berdiri disamping lokomotif dengan kedua rekannnya hingga Cilacap. "Takut sih disini, tapi mau gimana lagi didalam udah penuh," ujarnya.  

Memang harga tiket yang lebih murah dibanding trasportasi lain membuat ribuan orang lebih memilih kereta ekonomi meskipun tidak nyaman.

M15-08

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com