Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Resistensi Obat, Dinkes Mimika Awasi Obat Malaria

Kompas.com - 26/09/2008, 06:04 WIB

TIMIKA, JUMAT - Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes-KB) Kabupaten Mimika, Papua terus memperketat peredaran dan penggunaan obat malaria terbaru Duo Cotecxin, salah satu jenis obat Dehidroartemisinin & Pipraquin (DHP) yang diketahui ampuh untuk mengobati penyakit malaria.
                
Kasubdin Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes-KB Mimika, Saiful Taqin SKM di Timika, Jumat  mengatakan pengetatan distribusi obat tersebut untuk mencegah kemungkinan terjadi pemanfaatan yang salah sehingga bisa resisten sebagaimana yang terjadi dengan obat chloroquin.

"Pemakaian obat ini sangat diawasi sehingga ceritera chloroquin tidak terulang kembali. Saat ini obat chloroquin sudah resisten dan tidak bisa mengobati penyakit malaria di Timika," kata Taqin.
               
Menurut Taqin, perhatian dari Pemerintah Kabupaten Mimika terhadap upaya pemberantasan penyakit malaria sangat besar dengan alokasi dana yang cukup setiap tahun. "Bupati Mimika memberi perhatian yang sangat serius terhadap pemberantasan penyakit malaria," ungkap Taqin.

Taqin mengatakan, obat duo cotecxin hingga kini belum didistribusikan ke Puskesmas dan Pustu di wilayah pedalaman dan pesisir Mimika karena masih menunggu persiapan pemasangan peralatan Rapit Test Diagnostic (RDT). Kendati pendistribusian obat duo cotecxin belum menyebar ke seluruh Puskesmas dan Pustu, sebagian besar Puskesmas dan Pustu di pedalaman dan pesisir menggunakan obat Artesunat Amodiaquin yang memiliki khaziat serupa duo cotecxin.

Sementara itu klinik-klinik swasta di Timika hingga kini belum menggunakan obat duo cotecxin karena obat tersebut belum terdaftar secara resmi pada Balai Penelitian Obat dan Makanan (BPOM). Obat tersebut juga belum digunakan secara luas di Papua terkecuali di Mimika karena obat yang diproduksi di China tersebut sebelumnya diteliti di Timika.
    
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sejak beberapa tahun lalu bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI serta Northern Territory University, Menzies School of Health Research melakukan penelitian terhadap obat malaria di Timika yakni dou-cotecxin.
    
Obat malaria standar seperti chloroquin, sulfadoksin-pirimitamin dan kina sudah tidak efektif lagi di Timika. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pengobatan malaria dengan obat kombinasi derivative artemisinin karena aman dan efektif.
                
Untuk meminimalisir kasus gigitan nyamuk malaria di Mimika, Dinkes-KB setempat belum lama ini mendapat bantuan 17200 lembar kelambu insektisida dari Departemen Kesehatan melalui The Global Fund dan UNICEF.
            
Nyamuk atau serangga yang menempel pada kelambu insektisida langsung jatuh dan mati. Kelambu tersebut sudah didistribusikan sekitar 6000 lembar ke wilayah Distrik Mimika Baru,Kuala Kencana, Agimuga, Jita, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah dan Mimika Barat Jauh.

Saiful Taqin berharap kelambu tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh penduduk setempat, bukan disalahgunakan seperti dijadikan jaring ikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com