Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesurupan, Pesan dari Dunia Niskala

Kompas.com - 17/04/2008, 19:07 WIB

KASUS kesurupan yang merebak di berbagai daerah di Indonesia mengejutkan banyak pihak. Tentu kita semua bertanya, ada apa dengan semua itu? Apa sebenarnya kesurupan itu dan bagaimana bisa terjadi? Pesan apa yang bisa dicari dari berbagai macam kejadian ini?

Beberapa tahun lalu, kesurupan ´berjamaah´ pernah terjadi pada anak-anak sekolah dasar di Bali, dan sekarang sudah merambah ke wilayah lain. Di Jawa antara lain di Surabaya, Kediri, Yogyakarta, Purbalingga, kemudian di Sumatera seperti Lampung, Padang, dan di Sulawesi. Korbannya bukan hanya anak sekolah, melainkan juga buruh atau orang dewasa.

Bukan puluhan lagi, melainkan ratusan buruh pabrik rokok Bentoel dan Sampurna Hijau di Jawa Timur pernah diberitakan mengalami kejadian yang bagi kebanyakan orang cukup menakutkan.

Ada yang pernah diberitakan sampai melakukan gerakan seperti menari, padahal si anak tidak bisa menari, ada anak-anak dan para buruh, yang sebagian besar adalah wanita, berteriak histeris, menjerit-jerit dengan kata-kata tidak jelas, kejang-kejang, dan pingsan. Ada pula yang berteriak-teriak minta bunga melati dan tumbal. Bahkan, ada yang berbahasa Cina serta memeragakan jurus beladiri kung fu.

Kasus terbaru adalah yang menimpa karyawan pabrik rokok PT Bintang Bola Dunia di Jalan IR Rais Nomor 47 Malang, Jawa Timur, Kamis (17/4).  Mereka diduga mengalami kesurupan yang menurut saksi mata para korban ada yang berkelahi, menjerit-jerit.  Satu persatu orang menjerit-jerit dan lama-lama menular pada orang lain. Ada yang pingsan dan ada yang terus menjerit-jerit kalap seperti orang kesurupan.

Tentu kejadian ini sangat mengganggu orang-orang yang tinggal di wilayah sekitarnya. Selain menghentikan aktivitas kerja dan kegiatan belajar mengajar di sekolah, kejadian ini membuat takut. Sebenarnya pertanda apakah ini?  

Tingkat Lebih Tinggi
Kesurupan, menurut guru besar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Prof. Dr. Luh Ketut Suryani, Sp.KJ, merupakan keadaan seseorang sedang mencapai tingkat kesadaran lebih tinggi. Dalam masyarakat Hindu, tingkat kesadaran tinggi ini memungkinkan seseorang mampu memahami dunia niskala atau dunia tidak nyata.  

¨Kesurupan merupakan media untuk memahami apa yang dimaksud dunia niskala ini,¨ tutur Prof. Suryani.  

Pada dasarnya orang bisa kesurupan kalau ia berada dalam keadaan trance, hening, atau disosiasi. Ada orang yang bisa mengalami kesurupan dengan otomatis karena merupakan orang pilihan sesuai dengan kepercayaannya, seperti dukun (balian) atau pemangku.  

Dalam hal ini, berdasarkan budaya, agama, dan kepercayaan yang dianut, orang yang kesurupan dianggap sebagai medium yang digunakan oleh Tuhan, dewa, atau leluhurnya untuk menyampaikan pesan kepada umat-Nya.

Orang tersebut dianggap bisa membantu menyembuhkan orang lain atau menyelesaikan upacara keagamaan. Ada juga yang kesurupan setelah mengalami masalah di luar kemampuannya, sehingga ia berada dalam keadaan pasrah.

Contohnya para demonstran dalam memperjuangkan reformasi atau mereka yang melawan eksekutor karena rumahnya digusur. Atau sewaktu perang kemerdekaan, ribuan rakyat hanya berbekal bambu runcing, dengan dikomando oleh pimpinannya, berani menyerbu kapal Belanda yang dilengkapi meriam.  

Ada yang kesurupan setelah mengikuti pertunjukan musik, ikut larut dan tanpa sadar berteriak-teriak dan berjingkrak-jingkrak seirama dengan penyanyinya. Ada juga yang kesurupan setelah mendengar irama gamelan atau musik yang lambat atau crescendo yang monoton, atau membaui kemenyan dan aroma bunga-bunga.  Juga sopir yang melakukan perjalanan panjang sendirian disertai irama musik monoton, tanpa sadar tiba-tiba sudah sampai di tujuan.

Demikian juga pemain basket yang melakukan slam dunk, penari, pelukis, dan kegiatan-kegiatan lainnya.  Mereka yang melaksanakan meditasi rileksasi ´Suryani´ justru dilatih untuk bisa berada dalam keadaan kesurupan, sehingga bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat saat ide-ide datang mengalir.

Menulis ide dalam bentuk tulisan dilakukan secara otomatis tanpa merasa lelah. Namun, bagi mereka yang lemah dan yang tidak dekat dengan Tuhan, kesurupan bisa merupakan perwujudan masuknya roh-roh lain seperti roh halus, santet, atau roh-roh buatan atau kiriman manusia. Dalam khasanah Islam, orang biasanya kesurupan hanya oleh jin.

Dikendalikan Spirit
Banyak yang mengira, saat kesurupan, ada roh luar yang masuk ke dalam tubuh. Sebenarnya yang terjadi adalah kekuatan dari luar tidak bisa memasuki diri seseorang.  

Kekuatan tersebut hanya mengendalikan orang itu dari luar dirinya. Bisa diumpamakan sebagai radio atau televisi. Bunyi, suara, atau tayangan gambar yang didengar atau dilihat tentang seseorang bukan berarti orang itu masuk dalam radio atau TV.  

¨Yang didengar atau dilihat adalah frekuensi suara atau gambarnya saja,¨ tutur Prof. Suryani.

Jadi, pada dasarnya saat kesurupan, seseorang dikendalikan oleh spiritnya (roh, atma) atau oleh spirit lain (Tuhan, dewa, leluhur, atau yang lainnya).  Ada beberapa tingkat kesadaran. Ada kesadaran menurun sampai koma, kesadaran biasa seperti keadaan sehari-hari, dan kesadaran yang meninggi, yakni keadaan trance (hening) dan possession (kesurupan).

Dalam bidang psikiatri, kesurupan dinyatakan sebagai keadaan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara tentang penghayatan akan identitas dan kesadaran lingkungan.

Para dokter mengakui bahwa dalam beberapa kejadian, individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian atau kekuatan lain.  Perhatian dan kewaspadaannya menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau dua aspek yang ada di lingkungannya. Seringkali gerakan, posisi tubuh, dan ucapannya terbatas dan diulang-ulang.  

Frustrasi atau Stres
Dalam keadaan kesurupan, menurut Prof. Suryani, orang tetap sadar dan tahu apa yang terjadi, meski pemikirannya sendiri tidak aktif. Ia hanyalah pengamat saja karena yang mengendalikan dirinya saat itu adalah energi-energi yang menguasainya; entah spiritnya sendiri atau spirit di luar dirinya.

Keadaan ini dimulai dengan situasi hening pada diri orang yang kesurupan, lalu ada perubahan pada dirinya, seperti badan ringan, mengecil atau membesar melebihi ´gedung´ yang ditempatinya. Ia masih menyadari keadaan sekitarnya, tetapi tidak menjadi perhatiannya. Perhatiannya menyempit.  

Setelah itu ia merasa seperti ada kekuatan yang memasuki dirinya, sehingga ia merasa tidak seperti biasanya. Apa yang dilakukannya saat itu seperti otomatis, sistematis, dan begitu mudah. Kepercayaan dirinya tinggi dan ia menunjukkan kharisma dirinya. Bila bicara, ucapannya mengalir, sistematis, mudah dimengerti, dan membuat orang lain terpusat untuk mendengarkannya. Lain halnya pada mereka yang dikendalikan roh-roh lain atau oleh dirinya sendiri akibat mengalami konflik atau frustrasi, stres, atau keadaan lain, menunjukkan gejala yang sama pada awalnya.

Gejalanya badan ringan, muka datar, bibir pucat, sering menutup mata dengan kelopak mata berkedip-kedip secara otomatis, atau perubahan perasaan lain mengenai badan. Sepertinya badan mengecil atau menjadi lebih besar dari ´ruangan´ yang ditempati.

Setelah itu ia merasa dikendalikan oleh tenaga lain.  Pada saat itu, terjadilah perubahan pada dirinya, seperti badan ringan, ekspresi muka datar, merasa seperti ada kekuatan yang memasuki dirinya, sehingga ia seolah-olah menjadi bukan dirinya lagi. Setelah itu seseorang bisa menangis, menjerit-jerit, marah, menari, dan lainnya. ¨Hal ini tidak bisa dicegah,¨ ujar guru spiritual yang bermukim di Bali ini.

Tak pandang bulu
Ditegaskan oleh Prof. Suryani, semua orang tanpa memandang umur, suku, agama atau kepercayaan bisa mengalami kesurupan. Jadi, kesurupan tidak pandang bulu.  Memang dalam hal ini anak-anak cukup rentan mengalami kesurupan karena mereka tidak mempunyai masalah kompleks seperti orang dewasa, sehingga mudah berkonsentrasi dan berada dalam keadaan hening atau trance. Di samping itu, menurut kepercayaan tertentu, anak-anak masih suci, lebih suci dari orang dewasa, sehingga anak merupakan pilihan Tuhan. Dari sudut psikiatri, kemampuan logika anak sedang berkembang dan mencari bentuk.

Dengan demikian, kalau mereka mempunyai masalah, apakah dari dirinya yang sedang berkembang ataupun yang datang dari luar dirinya, belum mampu menyimaknya lebih dalam. Akibatnya, mereka memilih menggunakan mekanisme pertahanan disosiasi.  

Bila Terjadi Kesurupan 
Dalam berbagai kasus kesurupan massal yang sering terjadi akhir-akhir ini, kita tahu bahwa tidak semua orang yang kesurupan itu mengalaminya secara bersamaan. Mula-mula satu atau dua orang.

Lalu ketika ada teman yang membantu, temannya ini kesurupan. Jadi, kesurupan massal ini berlangsung merembet atau menular, meski tidak semua yang mendekat bakal kesurupan. Bila terjadi kesurupan massal seperti ini, Prof. Dr. Luh Ketut Suryani, Sp.KJ, psikiater dari Universitas Udayana, Bali, menyarankan:
 A.    Nyatakan daerah tersebut sebagai daerah tertutup.
 B.    Anak-anak atau orang-orang yang ada di sekitarnya diberi pemantapan mental. Mereka perlu diberi kesadaran bahwa Tuhan selalu melindungi dan selalu dekat dengan kita.
 C.    Lakukan upacara agama yang dipimpin oleh pemimpin agama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com