Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar 'Melihat' Potensi Bahari Lewat Ternate

Kompas.com - 16/04/2008, 19:40 WIB

DIBANDING darat, luas lautan Indonesia tercatat empat kali lebih luas, dengan 81.000 km panjang garis pantainya. Ini menunjukkan betapa besar potensi wilayah bahari Indonesia.

Sayangnya, potensi ini masih dipandang sebelah mata. Entah karena tak peduli atau tak tahu mengolahnya. Tapi yang pasti, wilayah bahari Indonesia telah memperkenalkan Indonesia ke mata dunia internasional dan menjadi sumber lahirnya peradaban bahari sejak berabad-abad silam.

Ternate, salah satu wilayah di Provinsi Maluku Utara adalah saksi bisunya. Bersama tiga pulau lainnya di Maluku Utara (Tidore, Moti, dan Makian), Ternate merupakan pulau penghasil cengkeh, salah satu komoditi rempah. Tak heran bila masyarakat setempat menjuluki keempatnya dengan sebutan Moluku Kie Raha atau penghasil cengkeh di empat gunung.

Kelebihan inilah yang membuat negara-negara seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris melakukan invasi secara serentak untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut. Itu terjadi dalam rentang waktu 1599 hingga 1606.

Interaksi warga lokal dengan pendatang ini memunculkan peradaban. Satu yang pasti adalah bahwa munculnya wilayah Ternate saat itu sebagai bagian dari perdagangan dunia, tidak terlepas dari dukungan jalur laut sebagai sarana penghubung. Bahkan wilayah ini pernah muncul sebagai bandar jalur sutra.

Nostalgia pentingnya peran wilayah bahari dalam proses pembentukan peradaban inilah yang akan  coba dibangun kembali Departemen Kebudayaan dan Pariwisata kepada kaum muda Indonesia dengan menyelenggarakan Arung Sejarah Bahari (AJARI) III di wilayah Ternate.

"Kegiatan AJARI III dilaksanakan di Provinsi Maluku Utara dengan mengunjungi berbagai objek wisata bahari dan diikuti sekitar 100 peserta mahasiswa di Perguruan Tinggi di Indonesia," kata Hari Untoro Drajat, Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, pada Rabu (16/4).

Hari mengungkapkan, sejarah Ternate menjadi contoh konkrit dalam pembentukan peradaban manusia melalui jaringan bahari. Kesadaran pentingnya wilayah bahari dalam proses pembentukan peradaban manusia tersebut coba ditanamkan dalam diri kaum muda sebagai 'corong' untuk melihat sejarah dan potensi bahari Indonesia. Tak heran bila para mahasiswa yang direkrut pun adalah mereka yang dinilai 'terbaik' dari beberapa perguruan tinggi. "Proses seleksinya kita minta bantuan juga ke pihak Perguruan Tinggi yang lebih tahun soal mahasiswanya," ujar Hari.

Arung Sejarah Bahari merupakan kegiatan menjelajahi samudera luas serta mendalami sejarah peradaban masa lampau yang rutin diselenggarakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pelajaran sejarah dan juga kehidupan manusia pada masa lampau yang bisa dikaitkan dengan konteks kekinian sebagai bekal menuju masa depan bangsa yang lebih baik.

Arung Sejarah Bahari (AJARI) yang akan diselenggarakan di Maluku Utara pada 20 hingga 25 April 2008 nanti merupakan kegiatan AJARI yang ketiga setelah di Jawa (AJARI I) dan Kalimantan (AJARI III).

Selain mengunjungi obyek wisata, peserta juga akan melakukan diskusi interaktif, presentasi, dan pagelaran seni budaya, dalam rangka meningkatkan pemahaman dan 'kedekatannya' dengan tempat-tempat yang dikunjungi nanti.

AJARI III ini bertema Membangun Kembali Peradaban Bahari dengan Menjelajahi Pusat Perdagangan Rempah-Rempah Nusantara. Jadi tak heran jika Ternate jadi pilihan. Wilayah ini menyimpan banyak sejarah peradaban termasuk saat masa penjajahan. "Benteng tertua di Indonesia itu ada di Ternate," ujar Endjat Djaenuderadjat, Direktur Geografi Sejarah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Sejarah boleh berlalu, tapi tidak menutup kemungkinan akan berulang meski dalam bentuk yang berbeda. Inilah yang bisa diharapkan dan juga menjadi kebanggaan jika kembali berulang. Nostalgia dan cerita-cerita baru yang diserap peserta AJARI III di wilayah Maluku Utara nanti sekiranya membangun kesadaran kaum muda bahwa wilayah bahari Indonesia memiliki potensi besar yang sayang kalau dipandang sebelah mata.

Selain potensi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, wilayah bahari Indonesia juga bisa dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan penting internasional mengingat letak geografis Indonesia yang strategis yang melintang di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Pasifik).

Sejarah boleh berlalu. Namun kebanggaan sebagai negara dengan potensi bahari yang besar tidak boleh pudar. Tinggal bagaimana potensi tersebut dikembangkan.....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com