Kontes kecantikan sapi ini, oleh orang Madura dikenal dengan istilah Sapi Sono’, yaitu sapi betina yang didandani dengan berbagai macam asesoris, kemudian dilepas di sebuah lintasan yang sudah diberi garis dan berakhir di depan sebuah gerbang.
Kontes kencantikan sapi ini menurut Kepala Badan Koordinasi Wilayah IV Pamekasan, Eddy Santoso, dalam rangka mencari bibit sapi terbaik di seluruh Madura. Dalam kontes ini tidak ada sapi yang diikutkan jika kondisi fisiknya tidak sehat.
Di samping itu, sapi terbaik itu tentunya harus bisa menari ketika dilepas di lintasan yang sudah diberi garis khusus oleh panitia. “Sapi yang ikut dalam kontes ini memang sapi pilihan dan cukup terawat. Bahkan untuk merawatnya membutuhkan biaya yang cukup besar hingga mencapai puluhan juta rupiah,” terang Edy.
Kontes tahunan yang digelar setiap usai panen tembakau ini, banyak menyedot perhatian pengunjung dari luar daerah di Indonesia. Di antaranya dari Bali, Semarang, Jakarta, Bandung dan Meda.
Tidak hanya itu, turis mancangera juga ramai menonton kotes kecantikan sapi yang sudah disahkan sebagai kebudayaan asli Pamekasan. Mereka ada yang datang dari Norwegia, Jerman, Prancis, Belanda, Australia, China dan Jepang.
“Turis yang datang tahun ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Jumlahnya di atas 30 orang. Turis domestik saja tahun ini lebih antusias menyaksikan kontes kecantikan sapi ini,” jelasnya.
Kontes Sapi Sono' kata Edy, sengaja tidak dilombakan. Sebab ujung-ujungnya adalah subjektivitas juri penilai dan akan menimbulkan masalah. Sebab yang dinilai adalah estetika dari sepasang sapi. Sementara untuk menilai estetika sifatnya subjektif.
"Kita bikin kontes saja agar semua peternak sapi bersemangat untuk merawat sapi menjadi yang terbaik se-Madura," imbuh Edy.
Sementara itu, Ana, turis asal Jerman ketika ditemui Kompas.com mengaku cukup tertarik dengan kontes Sapi Sono. Ketertarikannya karena sapi bisa menari indah dengan berbagai asesoris dan diiringi musik yang tidak pernah ada di negerinya.
"Cukup menarik kultur Sapi Sono' di Madura ini. Tahun depan saya ingin datang lagi ke Madura untuk menonton kembali," kata Ana, yang saat ini tengah menempuh studi di Malaysia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.