Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Menderita "Jantung Bocor", Bocah Ini Tetap Ikut UN

Kompas.com - 06/05/2013, 18:14 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Penyakit kelainan jantung yang diderita Maria Yanti Igniosa Oki (12) tidak menyurutkan semangatnya untuk mengikuti ujian nasional (UN) tingkat SD, Senin (6/5/2013).

Bocah yang bersekolah di SDN Sasi, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur ini, tergolong anak yang pandai di kelasnya. Igni, biasa ia dipanggil, sudah mengidap kelainan jantung sejak berusia empat bulan atau tepatnya pada 2001.

Saat itu, dia rutin menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum (RSUD) Kefamenanu, setiap bulan hingga usia satu tahun. Ibu kandung Igni, Magdalena Sasi, ketika ditemui Kompas.com, di kediamannya di Kelurahan Maubeli, Senin (6/5/2013), mengatakan, penyakit yang diderita anak semata wayangnya itu selalu kambuh setiap hari.

Akibatnya, mata sebelah kanan dan gusi sering mengeluarkan darah. Hal itu pun masih terjadi hingga sekarang. "Sejak Igni masih bayi, dia sudah keluar masuk rumah sakit dan itu hampir setiap bulan, sampai dia berusia satu tahun. Tetapi, penyakitnya itu tidak sembuh total. Puncaknya pada 2007, saat itu penyakitnya mulai parah sehingga saya bawa kembali ke rumah sakit Kefamenanu dan pihak rumah sakit memberikan surat rujukan untuk dibawa berobat ke Kupang," kata Magdalena.

"Namun, sampai di Rumah Sakit Kupang, katanya, peralatan tidak lengkap sehingga disarankan untuk dirujuk ke Surabaya, tetapi karena saya sendiri dan tidak mampu secara ekonomi, terpaksa dibatalkan sampai hari ini," lanjut Magdalena.

Menurut Magdalena, sejak sang suami Daniel Oki yang adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kejaksaan Negeri Kefamenanu, meninggal pada 2003, praktis dirinya berusaha seorang diri membanting tulang untuk menghidupi dan mengobati Igni dengan hanya mengharapkan gaji pensiunan suaminya.

"Biar pun Igni sakit jantung, tetapi setiap hari dia semangat dan rajin ke sekolah. Pagi- pagi sekitar pukul 05.00 Wita dia sudah bangun dan menyiapkan peralatan untuk ke sekolah karena takut terlambat. Meskipun sekolahnya berjarak satu kilometer dari rumah, dia tidak pernah menumpang oto (mobil angkutan kota) atau ojek, tetapi hanya jalan kaki saja karena dia takut jantungnya sakit," kata Magdalena.

"Biar dia sakit begini, tetapi dia semangat belajar. Apalagi saat ini sementara ujian nasional, usai pulang sekolah pasti dia akan cari buku detik-detik (buku latihan soal ujian untuk SD) dan dia akan terus baca sampai ketiduran," kata Magdalena dengan nada bangga.

Magdalena mengatakan, pada bulan lalu, karena mata sebelah kanan Igni yang terus mengeluarkan darah, ia kemudian membawa Igni berobat di dokter spesialisai anak. Namun, dokter kembali membuat rujukan ke Kupang. Sesampai di sana, Igni sempat diperiksa kemudian mereka disuruh pulang karena bertepatan dengan UN. Dokter menyarankan untuk diperiksa lagi seusai Igni mengikuti UN atau tepatnya 15 Mei nanti.

"Saya takutkan kalau-kalau nanti dokter di Kupang membuat rujukan ke Surabaya. Saya pasti sulit untuk ke Surabaya karena tidak punya biaya. Gaji pensiun janda yang saya terima sebulan hanya Rp 500.000, sementara untuk biaya berobat di Surabaya bisa mencapai Rp 40 juta, bahkan lebih lagi sehingga saya terakhir hanya pasrah saja dengan keadaan anak saya ini. kasihan anak saya harus menderita seperti ini pada usia yang masih belia," keluh Magdalena sambil meneteskan air mata.

Walau menderita sakit yang kronis, namun Igni tetap saja bersemangat dan terus menebar senyumnya dengan riang kepada setiap orang yang dijumpainya.

Sementara itu dokter spesialis anak RSUD Kefamenanu, Mervin Tri Hadianto mengatakan Igni menderita kelainan struktur jantung yang menyebabkan adanya lubang pada sekat jantung atau yang sering disebut "jantung bocor'. Penyakit ini termasuk dalam penyakit jantung bawaan.

"Kita sudah buat rujukan ke Kupang untuk lakukan ekokardiografi sehingga bisa diketahui bocornya itu yang apa? Selanjutnya kateterisasi jantung sehingga bisa diketahui apakah bisa dioperasi atau tidak. Memang sedapat mungkin semua penyakit jantung bawaan itu harus dioperasi, cuma kasus yang terjadi pada Igni ini, agak sulit karena dia sudah berusia 12 tahun, sebab kalau anak yang sudah 12 tahun agak riskan, karena paru-parunya sudah berubah, sehingga sulit untuk dioperasi lagi," kata Mervin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com