Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Gayus yang Beli Rumah di Sukamiskin

Kompas.com - 17/04/2013, 18:48 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat I Wayan K Dusak mengakui tidak hanya terpidana korupsi pajak Gayus Tambunan yang membeli rumah di sekitar Lapas Sukamiskin, Kota Bandung.

"Ya, memang ada laporan ke kementerian tahun lalu seperti itu (pembelian rumah)," ujar Dusak saat konferensi pers di Kanwil Kemhuk dan HAM di Jalan Terusan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (17/4/2013).

Ketika ditanya soal ada terpidana kasus korupsi lainnya yang membeli rumah dekat lapas, seperti mantan Bupati Subang Eep Hidayat, Dusak mengatakan, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. "Ya mungkin saja, tetapi untuk masalah mengontrak atau membeli rumah oleh pihak keluarga tidak pernah ada larangan dan bukan kewenangan kami," kata Dusak.

Berdasarkan kabar yang beredar, selain membeli rumah, Eep juga kerap menggunakan rumah yang dibelinya itu untuk menggelar rapat dengan semua pendukungnya. Namun, kabar tersebut langsung dibantah oleh Dusak berdasarkan hasil investigasi dari Kanwil Kemhuk dan HAM Jabar.

"Kalau menggelar rapat di luar itu, saya yakin tidak akan terjadi. Tapi, kalau ada saudara dan istri yang berkunjung dan menitipkan pesan bisa saja," katanya.

Demi menjaga stabilitas dan nama baik Kemhuk dan HAM, lanjutnya, Dusak secara tegas mengatakan siap memberikan sanksi administrasi kepada oknum petugas lapas jika kedapatan terlibat dalam permasalahan tersebut. "Bila ada napi yang ketahuan kerja sama dengan pegawai, ada penghuni lain yang bisa kita klarifikasi. Soal sanksi, paling berat adalah pencopotan jabatan secara hormat atau tidak hormat, bergantung pada tingkat kesalahannya," tutur Dusak.

Kondisi lapas saat ini, tambah Dusak, di setiap sel di Sukamiskin sudah tidak lagi dilengkapi fasilitas khusus, seperti telepon seluler dan televisi, meski kondisi tersebut diakuinya sempat menuai protes, khususnya para napi kasus tipikor.

Protes tersebut dinilainya sebagai sesuatu yang wajar mengingat para napi tipikor rata-rata memiliki latar belakang sebagai mantan pejabat yang terbiasa dikelilingi berbagai fasilitas. "Kami sudah melakukan razia. Tidak semua barang yang dibawa napi itu bisa masuk. Malah pada saat masuk, mereka banyak yang bawa koper, memangnya mereka pikir hotel bintang lima," ujar Dusak sambil tertawa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com