PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Petani ikan dalam keramba di Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah melakukan panen lebih cepat karena debit air yang jauh berkurang. Langkah itu dilakukan agar mereka tidak mengalami kerugian karena tingkat kematian ikan yang tinggi.
Menurut Wahyuni (40), warga Kelurahan Pahandut Seberang, Kecamatan Pahandut, Palangkaraya, Kalteng, Kamis (4/10/2012), dampak kekeringan mulai terasa. Kualitas air Sungai Kahayan menurun. Permukaan air sungai lebih rendah. Sudah tiga bulan kondisi itu terjadi sejak intensitas hujan jauh berkurang, katanya.
Saat kondisi normal, Wahyuni bisa menunggu hingga enam bulan hingga ikan siap dipanen. Sekarang, baru empat bulan ikan sudah dipanen. "Kalau tidak, ikan yang mati lebih banyak. Pokoknya, balik modal saja dulu. Ikan-ikan yang dibudidayakan seperti nila, bawal, dan patin," katanya.
Wahyuni bermitra dengan sekitar 100 petani keramba. Rata-rata, mereka memanen ikannya lebih awal. Selain itu, pencemaran Sungai Kahayan menambah parah mutu air. Di hulu Sungai Kahayan banyak terdapat penambangan emas tradisional. Masyarakat yang bermukim di daerah hulu biasanya juga membuang sampah ke sungai.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Darmawan menjelaskan, penurunan produksi ikan dalam keramba menurun karena kemarau. Karena itu, para petani diminta jeli membaca situasi. Mereka perlu mempertimbangkan untuk membudidayakan ikan yang kuat menghadapi dampak cuaca, seperti lele.
"Lalu, kurangi populasi ikan dalam keramba, misalnya 2.000 ekor menjadi 1.500 atau 1.000 ekor atau dari 1.000 ekor menjadi 750 ekor," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.