Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Gula Makin Mencemaskan

Kompas.com - 20/09/2012, 14:24 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Penurunan harga gula dalam sebulan terakhir, membuat kalangan petani tebu dan pabrik gula (PG) makin cemas.

Kendati harga tender masih di atas harga patokan petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 8.100 per kilogram, namun laju penurunan yang terlalu cepat dan ekstrim membuat mereka bingung.

Kondisi serupa juga dialami pedagang tebu yang sudah telanjur membeli dari petani, dengan perkiraan harga gula tinggi.

Isyarat turunnya harga dapat dicermati dari tender 9.017 ton gula milik petani binaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI di Surabaya, Rabu (19/9/2012), yang berada pada kisaran Rp 9.125-Rp 9.127 (produksi 15 PG di luar PG Semboro) dan Rp 9.605 (untuk mutu premium produksi PG Semboro).

Kondisi itu berbeda jauh dibandingkan dengan tender serupa yang digelar petani pada Rabu (5/9/2012) lalu, dengan harga Rp 9.826-Rp 9.837 dan Rp. 10.400 (Semboro).

Pada tender hari Kamis (30/8/2012), harga terbentuk Rp. 10.260-Rp 10.415 dan Rp 10.652 (Semboro), serta Selasa (14/8/2012) yang mencapai Rp 10.500-Rp 10.625 dan Rp 10.750 (Semboro).

Harga tender tertinggi selama giling 2012 terjadi pada tender Senin (13/7/2012) Rp 11.670-Rp 11.677, dan Rp 11.680 (Semboro).

Gula produksi PG Semboro di Jember dikenal dengan mutu premium, karena proses pengolahannya menggunakan skema remelt karbonatasi, sehingga hasilnya setara semi-rafinasi, dan sebagain dikemas dengan merk Gupalas.

Penyebab turunnya harga gula pascalebaran, kata Adig, antara lain distimulasi berkurangnya permintaan. Kejenuhan pasar tercermin dari masih banyaknya gula yang sudah dibeli pedagang, namun masih dititipkan di gudang PG.

Selain itu, karena harga gula dunia untuk penyerahan Desember 2012 yang selama ini menjadi referensi bagi para pedagang saat melakukan transaksi, stabil pada kisaran 560 dollar AS per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium).

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Arum Sabil, mengatakan, harga gula yang bagus penting untuk memotivasi petani dalam melaksanakan praktik budi daya terbaik dan ekspansi areal. Jika harga gula murah ketika musim giling masih berlangsung, ke depan petani akan semakin enggan menanam tebu.

"Sekarang saja pengurangan areal tebu sudah mencapi 20 persen, karena faktor harga lelang yang terlalu murah dan rendemn yang tidak maksimal," katanya.

Padahal, petani semakin dibebani berbagai biaya produksi, apalagi biaya tebang dan ongkos angkut meningkat. Biaya tebang naik, karena petani semakin sulit mendapatkan buruh tebang di daerah sentra tanaman tebu seperti Jember, Sidoarjo, Kediri, Probolinggo dan Malang.

"Harga murah juga dipicu masuknya gula mentah impor, yang semakin menggerus gula konsumsi," ujar Arum Sabil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com