Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidakmampuan Menjaga Pasar Tak Bisa Dimaklumi

Kompas.com - 27/07/2012, 16:36 WIB
Thomas Pudjo Widijanto

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Krisis harga pangan senantiasa kembali berulang musiman di Bulan Ramadlan, meski kebutuhan publik sudah teramat rutin berjalan dan bisa diramalkan. Pengendalian harga pangan musiman mestinya menjadi bagian terpenting tugas pembangunan perekonomian negara, terlebih kebutuhan yang terkait dengan Ramadhan adalah kepentingan mayoritas warga bangsa dan karenanya semestinya menjadi perhatian Kabinet Indonesia Bersatu II.

Demikian pernyataan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Dr Muchammad Maksum menjawab Kompas.com, Jumat (27/7/2012) "Pertanyaan besarnya, di manakah negara ketika rutinitas krisis terjadi? Persoalan rutin saja kok tidak pernah bisa menata," tegasnya.

Menurut Maksum, teramat mudah dimaklumi manakala spekulasi dagang terjadi, karena spekulasi adalah bagian dari perilaku pasar, dimanapun, ketika diramalkan bakal terjadi peningkatan permintaan. Tetapi, ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi polemik pasar musiman, sungguh tidak bisa dimaklumi publik.

Balada harga pangan Ramadhan yang super rutin ini, kata Maksum,  memunculkan kecurigaan publik bahwa ketidakmampuan pengendalian tersebut terjadi by design. Kecurigaan tersebut bermuara pada sejalannya kepentingan antara pengambil keputusan, kelompoknya dan spekulan dalam tujuan jangka pendek.

"Setidaknya kecurigaan tersebut didukung oleh sikap pembiaran terhadap eskalasi harga untuk kemudian bisa dimanfaatkan sebagai pembenaran terhadap importasi, dengan segala madu-rente dan moral hazardnya, " tegasnya..

Kecurigaan publik sangat beralasan. Lihat rencana importasi satu juta ton beras. Dewan Ketahanan Pangan (DKP) bertekad surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Presiden telah memberikan penghargaan kepada 10 Gubernur dan 130 Bupati/Walikota karena sukses meningkatkan produksi beras 5 persen lebih. Ketika penghargaan Presiden diterimakan Wapres, 18 Juli 2012, ternyata terdengar sayup rencana importasi satu juta ton beras.

"Belum berselang masa, dan rencana itupun aneh bin ajaib, karena data yang dilaporkan dalam konferensi DKP mengindikasikan progres produksi yang optimistik.  Kalau data produksi tersebut benar adanya, importasi satu juta ton beras sudah kelewat batas sembrono, '" kata Maksum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com